Bandung (ANTARA News) - Muhammad Najib, anggota delegasi Indonesia dalam sidang pleno keempat Asian Parliamentary Assembly (APA) menyakini bahwa kawasan Asia akan menjadi kekekuatan ekonomi baru di masa depan mengimbangi Amerika dan negara-negara Uni Eropa.

"Ada semangat dari para delegasi parlemen asia untuk dapat mengimbangi perekonomian negara maju seperti Amerika dan Uni Eropa," kata Najib kepada pers saat menjelaskan perkembangan pembahasan ekonomi dalam sidang sub committee APA di Bandung, Rabu.

Selain itu, ia menambahkan, dalam persidangan tersebut juga muncul pemikiran dari beberapa delegasi untuk membuat mata uang tunggal Asia. Namun semua rencana besar ini, menurut Najib, akan dilakukan secara bertahap.

"Secara umum negara-negara di kawasan Asia, melalui Parlemen APA ini akan terus bergandengan tangan dan terus memperkuat satu sama lain, khususnya dibidang Ekonomi," tegasnya.

Ditegaskannya bahwa Uni Eropa telah membangun kekuatan tersendiri untuk mengimbangi kekuatan AS dan salah satu indikator keberhasilannya adalah dari mata uang Euro yang mampu mengimbangi dolar AS.

Masalah lain yang juga terkait ekonomi adalah bagaimana kesejahteraan warga masyarakat Asia bisa ditingkatkan. Bagaimana pun kesejahteraan itu menjadi muara dari seluruh program yang dibuat dalam pertemuan APA di Bandung itu.

"Diyakini bahwa sebagian besar masyarakat Asia itu masih dalam kondisi keterbelakangan ekonomi. Oleh karena itu seluruh kegiatan kita harus bermuara kepada membangun kesejahteraan," ujarnya.

Untuk bidang Politik, Najib menjelaskan, permasalahan yang hangat dibahas dalam forum APA adalah mengenai persoalan ketidakadilan global dan adanya standar ganda dalam melakukan keadilan.

"Pembicaraan masalah keadilan ini kemudian masuk kedalam isu yang lebih spesifik, yakni mengenai Palestina," ujarnya.

Terkait masalah tersebut, menurut Najib, yang juga politisi PAN itu, sebagian peserta sidang menilai bahwa bangsa Palestina hingga saat ini masih dalam kondisi terjajah dan diperlakukan semana-mena. Sementara masyarakat dunia hanya diam saja dan pura-pura tidak melihatnya.

Menurut para delegasi parlemen APA, persoalan kemerdekaan bangsa Palestina merupakan persoalan hak azasi manusia yang harus segera diselesaikan melalui bentuk dukungan dari semua pihak.

Sementara untuk pembicaraan dibidang sosial budaya, para delegasi yang hadir dalam pertemuan di Bandung tersebut mempunyai kesadaran yang sama bahwa pada prinsipnya semua bangsa itu adalah unity in diversity.

"Itu prinsip yang kita yakini. Kita satu tetapi dalam keragaman yang saling menghargai perbedaan, baik perbedaan agama mupun kebudayaan," ujarnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009