Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono akan melakukan kunjungan kerja ke Benua Eropa selama sepekan dengan mengunjungi empat negara, mulai Minggu (13/12) hingga 20 Desember 2009.

Juru bicara Kepresidenan bidang Luar Negeri Dino Patti Djalal dalam konferensi pers di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Jumat, mengatakan Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono akan mengunjungi empat negara Eropa, yaitu Belgia, Perancis, Jerman dan Denmark.

Di tiga negara pertama, Presiden hanya melakukan kunjungan singkat atau "shuttle diplomacy" guna meningkatkan hubungan bilateral antara dua negara serta membicarakan upaya menyukseskan konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Perubahan Iklim di Denmark.

Presiden pada 14 Desember 2009 akan berada di Brussels, Belgia dan pada 15 Desember di Paris, Perancis serta pada 16 Desember 2009 di Jerman dan setelah itu berada di Copenhagen, Denmark, hingga 19 Desember 2009 guna menghadiri konferensi PBB tentang perubahan iklim yang akan dihadiri lebih dari 100 pemimpin negara dunia.

"Ini memang kunjungan sudah lama dinanti. Dalam lima tahun terakhir ada beberapa kali merencanakan, tetapi karena ada beberapa hal, waktunya disesuaikan kembali dan Alhamdulillah, Desember ini Presiden akan melakukan kunjungan ke Eropa," kata Dino.

Di setiap pertemuan dengan kepala negara/pemerintah yang akan dikunjungi, Dino mengatakan, Presiden akan membicarakan upaya peningkatakan investasi dan perdagangan dengan negara tersebut.

Di Brussels, Presiden juga akan bertemu dengan Presiden Uni Eropa Jose Manuel Barosso untuk meningkatkan hubungan antara Uni Eropa dan Indonesia.

Sedangkan di Copenhagen, Presiden Yudhoyono dijadwalkan menyampaikan pidato dalam sesi pertama pada urutan ke-7.

Dino mengatakan, Indonesia berharap konferensi perubahan iklim di Copenhagen akan menghasilkan komitmen global untuk mengurangi emisi gas karbon mengingat emisi global saat ini sudah meningkat 40 persen sejak Protokol Kyoto.

"Mudah-mudahan kehadiran lebih dari 100 pemimpin negara bisa mendorong suatu konsensus. Yang paling penting bagi Presiden adalah harus ada konsensus global karena itu visi sejak di Bali. Meski bentuknya baru "political agreement" tapi mencerminkan komitmen global," katanya.

Apabila pertemuan di Copenhagen tidak menemui kesepakatan, menurut Dino, maka dampaknya amat tragis bagi upaya global untuk menghentikan pemanasan global.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009