Zurich (ANTARA News) - Swiss akan menerima seorang tahanan dari kamp penjara AS di Teluk Guatanamo di Kuba setelah AS minta negara Alpen itu dan negara lainnya untuk menampung sejumlah tawanan.

Wilayah Jenewa di Swiss akan menerima orang Uzbek itu, yang digolongkan oleh AS sebagai "telah bersih untuk dilepas" pada 2005, kata pemerintah Swiss, Rabu.

Orang Uzbekistan itu akan mendapat status sebagai imigran dan dapat menerima pekerjaan, Menteri Kehakiman Eveline Widmer-Schlumpf mengatakan pada konferensi pers, dan menambahkan Swiss dapat menampung sejumlah tawanan lagi.

"Pada masa lalu, Dewan Federal telah mengkritik penahanan orang di Guantanamo sebagai pelanggaran atas hukum internasional," kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.

"Dengan keputusann hari ini, negara ingin memainkan bagiannya dalam memecahkan masalah Guantanamo, dengan demikian akan menguatkan tradisi kemanusiaan Swiss," kata pernyataan tersebut.

Pengalihan tawanan tersebut merupakan bagian dari upaya oleh Presiden AS Barack Obama untuk menutup penjara yang dikecam secara luas yang didirikan oleh pendahulunya, George W. Bush, itu untuk menampung yang diduga militan yang ditangkap di luar negeri.

"Tuduhan AS bahwa orang itu memiliki hubungan dengan kelompok teroris tak pernah dibuktikan," kata pemerintah Swiss. "Pemerintah AS telah menjamin Swiss bahwa orang itu belum pernah dituntut atau dihukum dan bahwa ia bukan merupakan bahaya bagi keselamatan publik."

Awal bulan ini, PM Bulgaria Boiko Borisov menyatakan negaranya akan menerima seorang tahanan dari Guantanamo dan Kementerian Luar Negeri Prancis mengatakan dua tahanan telah dikirim ke Prancis dan Hungaria.

Obama berjanji untuk menutup Guantanamo dalam satu tahun berkuasa, tapi ia mengakui bahwa batas waktu 22 Januari mungkin akan terlewati karena rintangan politik dan diplomatik.

Lebih dari 200 tahanan masih di penjara tersebut. Sekitar 90 tawanan telah bebas untuk dipindahkan tapi pemerintah Obama, yang dibatasi oleh Kongres untuk membawa mereka ke AS, telah berjuang untuk meyakinkan negara lain untuk menerima mereka.(*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009