Kolombo (ANTARA News/AFP) - Militer Sri Lanka hari Senin menyatakan telah menahan sebuah kapal barang yang dicurigai digunakan Macan Tamil untuk menyelundupkan senjata di sebuah pelabuhan asing yang tidak disebutkan.

Jurubicara Angkatan Laut Kapten Athula Senarath mengatakan, kapal Princess Christina dengan panjang 90 meter ditahan di sebuah pelabuhan asing, namun ia menolak menyebutkan lokasi atau mengidentifikasi negaranya.

"Kami tidak bisa mengatakan di mana kami menahan kapal itu, namun kami mengerahkan awak kami sendiri dan membawa kapal itu ke wilayah perairan Sri Lanka," katanya.

Angkatan Laut Sri Lanka tahun lalu mengklaim telah menghancurkan armada 10 kapal penyelundup senjata yang dioperasikan Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE), kelompok pemberontak yang dikalahkan pada Mei setelah konflik 37 tahun.

Wakil internasional baru LTTE Selvarasa Pathmanathan ditangkap pada Agustus, tiga bulan setelah pasukan keamanan mengklaim kemenangan atas pemberontak tersebut.

Pathmanathan, yang lebih dikenal sebagai KP, ketua penyelundup senjata bagi Macan Tamil, berada dalam penahanan militer di Sri Lanka setelah ditangkap di Asia Tenggara pada Agustus, namun belum diajukan ke pengadilan.

Pemerintah Sri Lanka meyakini bahwa LTTE memperoleh sebagian besar senjatanya dari Asia Tenggara, termasuk Kamboja dan Indonesia, serta negara-negara bekas republik Uni Sovyet seperti Ukraina.

PBB memperkirakan bahwa 100.000 orang tewas dalam perang saudara di Sri Lanka sejak Macan Tamil mengangkat senjata pada 1972.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Tamil juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Sebelum dikalahkan total, gerilyawan Tamil dikepung selama berbulan-bulan di sebuah daerah hutan kecil oleh pasukan yang hampir mengakhiri perang separatis mereka.

Macan Tamil mengakui telah kehilangan sejumlah wilayah dalam pertempuran dengan pasukan pemerintah dan menuduh Kolombo membunuhi warga sipil.

Militer membantah hal itu dan mengatakan, warga sipil yang melarikan diri ditembaki oleh pemberontak yang ingin menahan penduduk desa sebagai tameng manusia.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009