Semarang (ANTARA News) - Novelis Islam, Habiburrahman El Shirazy meminta sistem pendidikan nasional sejak dini sudah mengenalkan sastrawan muda Indonesia dan karya-karya sastranya dalam kurikulum pendidikan yang diterapkan sekolah.

"Selama ini, kita hanya mengenal para sastrawan era tahun 1960-an," katanya usai peluncuran buku "The Inspiring Life of Habiburrahman El Shirazy" karya Muhammad Mujib El Shirozy di Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Rabu.

Menurut pria yang akrab disapa Kang Abik tersebut, perkembangan sastra di Indonesia, terutama sastra Islam sebenarnya cukup pesat, namun karya-karya para sastrawan muda Indonesia belum banyak dikenal masyarakat, karena kurangnya publikasi.

Ia mengatakan, selama ini masyarakat lebih mengenal para sastrawan  seangkatan Chairil Anwar, sedangkan para sastrawan muda jarang dikenal, padahal karya-karya mereka  tidak kalah membangggakan.

"Pengenalan karya-karya para sastrawan-sastrawan muda dalam kurikulum sekolah sangat penting untuk merangsang dan membangkitkan semangat anak-anak untuk berkarya" kata penulis yang melejit lewat novelnya berjudul "Ayat-Ayat Cinta" itu.

Habiburrahman menilai, anak-anak perlu mengenak sejak dini karya para sastrawan muda agar ada regenerasi karya sastra dan menjadikannya sebagai teladan dalam kehidupan.

"Karena itu, perlu adanya kebijakan untuk memasukkan karya sastrawan muda Indonesia dalam kurikulum sekolah, sebagai upaya publikasi dan pengenalan," kata alumnus Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir itu.

Dia menilai karya sastra Islam saat ini berkembang pesat dan semakin diminati, dan Indonesia sebenarnya memiliki banyak jejak sastra yang belum terpublikasi.

"Saat ini banyak sastrawan-sastrawan muslim yang menulis karya sastra bernuansa Islami, ini cukup menggembirakan, meskipun banyak juga sastrawan yang tidak menamakannya sebagai sastra Islam, namun hakikatnya sebenarnya tetap Islami," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009