Samarinda (ANTARA News) - Majelis Ulama Indonesia (MUI) Samarinda menolak pemutaran film "Suter Kramas" yang rencananya akan ditayangkan secara serentak di berbagai daerah menjelang pergantian tahun pada 31 Desember mendatang.

"Kami menolak pemutaran film Suster Kramas yang akan diputar di Samarinda," kata Ketua MUI Samarinda KH. Zaini Naim kepada ANTARA di Samarinda, Sabtu.

Film yang dibintangi bintang porno Jepang, Rin Sakuragi, pengganti Miyabi tersebut direncanakan akan diputar serentak di bioskop di seluruh Indonesia pada malam tahun baru.

"Tidak ada nuansa pendidikan pada film itu tetapi justru dapat merusak moral generasi muda. Sudah bisa dipastikan bahwa jika film itu diputar, penontonya didominasi oleh kalangan remaja," kata Zaini Naim.

Film garapan Maxima Picture tersebut menggambarkan kedatangan seorang gadis Jepang ke Indonesia untuk mencari saudaranya yang bekerja sebagai perawat.

Persoalan yang kemudian banyak menuai kecaman adalah film horor yang dibintangi gadis kelahiran Hyogo, Jepang, pada 03 Maret 1989 itu tidak terlepas dari adegan porno yang diperankan Rin Sakuragi.

Pada salah satu adeganya, pengganti Miyabi itu terlihat memamerkan kemolekan tubuhnya pada dua pemuda.

"Film ini tidak layak ditonton, pasalahnya hanya memamerkan aurat wanita sehingga MUI meminta pihak terkait di Samarinda melarang pemutaran film itu" katanya.

Ia menambahkan selain menghimbau agar mmasyarakat agar tidak menonton film itu, juga pihaknya akan meminta pihak terkait yang memiliki kewenangan agar melarang pemutaran film itu di Samarinda.

Manajer Studio 21 Samarinda Central Plasa, Bono mengatakan bahwa belum menerima pemberitahuan tentang rencana pemutaran film Suster Keramas tersebut.

"Hingga saat ini (Sabtu) saya belum mendengar rencana pemutaran film itu di Studio 21 SCP," ungkap Bono.

Salah seorang warga Samarinda, Rzal, mengaku belum mengetahui adanya film porno yang dibintangi Rin Sakuragi.

"Setahu saya, yang selama ini digembar-gemborkan film itu akan dibintangi Miyabi dan katanya batal dibuat. Kami berharap film itu bisa diputar di Samarinda persis dimalam tahun baru agar warga tidak berkumpul di satu tempat saja," ujar Rizal.

Warga lainnya, Sari mengaku, dirinya tidak tertarik dengan film berbau porno.

"Saya sudah membaca di koran kalau film merupakan film porno dan akan di putar di berbagai bioskop pada 31 Desember 2009. Saya tidak berminat menonton karena film itu bukan tontonan yang dapat memberi manfaat. Leih baik merayakan tahun baru di rumah bersama keluarga," ujar Sari.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009