Mataram (ANTARA News) - Dewan Pimpinan Daerah Asosiasi Biro Perjalanan Wisata (DPD Asita) Nusa Tenggara Barat (NTB) mengkhawatirkan sejumlah orang menjual kesenian trandisional Lombok kepada Malaysia sehingga sebagaimana Tari Pendet milik Bali, diklaim menjadi milik Malaysia.

Sekretaris DPD Asita NTB Agus Mulyadi, Selasa mengatakan, mendapat informasi ada oknum intelektual yang akan ke Malaysia Februari 2010 dan memanfaatkan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) untuk menampilkan "perisaian" (sejenis kesenian khas Lombok berupa permainan saling pukul dengan rotan dilengkapi dengan perisai dari kulit sapi).

"Karena itu kami mengharapkan instansi terkait khususnya Kantor Imigrasi Mataram berupaya mencegah keberangkatan oknum intelektual yang disinyalir akan `menjual` kesenian Lombok di negeri Jiran itu dan pihak Dinas Kebudayaan dan Pariwisata juga kita harapkan mewaspadai hal tersebut," ujarnya.

Dia mengatakan, jika tidak dilakukan pencegahan tidak menutup kemungkinan kesenian tradisional lain seperti tari gandrung dan gendang beleq juga "dijual" oleh oknum-oknum tertentu yang mencari keuntungan pribadi.

Oleh karena itu, kata Agus, sebelum terlanjur sebaiknya rencana oknum intelektual untuk "menjual" kesenian tradisional tersebut harus dicegah, sebab jika terjadi maka akan bertambah kasus kesenian dan budaya nusantara yang diklaim bangsa asing.

Sementara itu Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata NTB, Lalu Gita Ariadi mengatakan, perisaian, tari gandung sudah dikenal sebagai kesenian khas Lombok dan untuk tujuan promosi pariwisata memang akan ditampilkan di sejumlah negara termasuk Malaysia.

"Semua kesenian tradisional NTB baik yang ada di Pulau Lombok maupun Pulau Sumbawa akan kita pentaskan di luar negeri termasuk Malaysia untuk tujuan promosi pariwisata guna menarik minat wisatawan berkunjung ke daerah ini, namun kita patut khawatir kekayaan budaya itu `dijual` kemudian diklaim bangsa asing sebagai miliknya," katanya. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009