Jakarta (Antara) -- Kasus penipuan investasi oleh salah satu perencana keuangan terkemuka di Tanah Air yang mengakibatkan kliennya mengalami kerugian hingga miliaran rupiah beberapa waktu lalu, membuat masyarakat harus ekstra hati-hati dalam menentukan dan memilih jasa investasi. 

Menurut praktisi trader Rendra Sianturi masyarakat harus belajar investasi sejak dini, belajar mengenali batasan batasan dalam berinvestasi berikut hak dan kewajiban sebagai investor. 

Pengalaman adalah guru terbaik, untuk itu investor harus mengerti cara kerja secara keseluruhan maupun bukti-bukti yang menunjukan kredibilitas perusahaan jasa investasi, seperti factsheet portofolio di reksadana atau cara team trader financial planner tersebut melakukan trade.

"Bagaimana mereka menerapkan stop loss dan mengambil profit? bagaimana pengalaman mereka menggunakan uang besar? Jangan mudah diiming-iming return besar, dengan jaminan resiko kecil." ujar Rendra pada Antara, Kamis, 20 Agustus via daring.

Selain itu, Anggota Komite Investasi Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) tersebut meminta masyarakat untuk waspada apabila perusahaan mulai menawarkan jasa-jasa di luar bidangnya. Pasalnya, hal tersebut bisa menjadi indikasi awal seorang penasihat, konsultan, maupun manajer investasi memiliki kepentingan pribadi atas rekomendasi jasa lain yang ditawarkan.

"Contoh perencana keuangan merekomendasikan trading saham, komoditas, atau mata uang. Si financial planner kan tidak berpengalaman atau punya rekam jejak di trading saham/forex/komoditas. Bagaimana dia rekomendasi trading? Paling rekomendasi dia adalah umum, investasi saham. Tapi tidak pernah tau cara eksekusinya trading harian," pungkas Rendra pada seminar FxDailyReport.Com.

Selanjutnya, ia menyarankan masyarakat memperhatikan tata kelola dalam perjanjian yang disepakati. Apakah peran konsultan dalam perusahaan tersebut hanya sebagai advisor atau eksekutor. 

Merujuk kasus tersebut, kata dia, perencana keuangan hanya berperan sebagai advisor. Penting juga mengetahui broker forex terbaik Indonesia, pialang atau sekuritas untuk melakukan transaksi. 

"Apalagi bila dia sampai bisa mengontrol rekening nasabah. Di sini selain salah advisor-nya, juga kecerobohan klien-nya, mudah diiming-imingi return tinggi dan membiarkan rekeningnya dikontrol orang lain yang tidak berpengalaman di bidang investasi saham," kata Rendra.

Menurut Rendra, memperhatikan tata kelola berarti memahami konsep investasi dari suatu perusahaan penawar jasa. Institusi yang tidak mempunyai keahlian di bidang pasar modal, maka investasi akan cenderung mengikuti indeks pilihan seperti LQ45, IDX30 atau memilih saham bluechip mewakili emiten unggulan seperti BBNI, BBCA, dan sejenisnya.

"Diversifikasi mengikuti indeks tersebut. Jadi tidak bisa hanya invest di 2-3 saham yang belum jelas kinerja jangka panjangnya," tuturnya.

Tak hanya itu, struktur portofolio yang sangat terkonsentrasi, seperti memegang saham small cap dengan porsi di atas 10 persen portofolio juga tidak direkomendasikan dan berisiko tinggi.

"Di Forex ada Segregated account, maka di dunia saham kita mengenal istilah bank kustodian. Ini penting karena transparansi bisa terjadi dalam semua hasil dari trade" katanya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020