Karachi, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Enam orang tewas pada Jumat ketika satu ledakan menghancurkan sebuah rumah yang digunakan gerilyawan di kota bisnis Pakistan, Karachi, kata polisi dan menambahkan ledakan itu agaknya satu kecelakaan.

Senapan, granat-granat dan rompi bunuh diri ditemukan di rumah di sebuah permukiman Karachi , Pakistan barat , dan polisi mengatakan mereka sedang memeriksa penyebab sebenarnya ledakan itu dan situasi sekitar itu.

"Ada satu ledakan di sebuah rumah di Kota Baldia yang menewaskan enam orang. Rumah itu ambruk," kata seorang perwira polisi Abdul Majeed Dasti.

Ia mengatakan granat-granat tangan, senapan Kalashnikov dan rompi bunuh diri juga ditemukan di lokasi itu, sementara komandan polisi kota itu Waseem Ahmad mengemukakan kepada AFP bahwa bahan peledak itu tampaknya meledak tanpa sengaja.

"Tampaknya bahan peledak yang disimpan di rumah itu menyebabkan ledakan yang menewaskan enam orang," katanya.

"Tampaknya rumah itu digunakan gerilyawan. Kami dengan sangat hati-hati menyingkirkan reruntuhan itu, Para petugas penjinak bom telah tiba di lokasi itu untuk menentukan keadaan yang sebenarnya menyangkut ledakan itu."

Polisi tidak dapat segera memastikan apakah semua enam orang yang tewas itu berada di rumah tersebut pada saat itu ataukah orang-orang yang sedang lewat di lokasi tersebut.

Sejumlah 43 orang tewas di Karachi-- kota terbesar Pakistan-- akibat serangan bom yang dituduh dilakukan pihak gerilyawan dalam satu acara keagamaan bulan lalu.

Bom-bom bunuh diri dan serangan-serangan bunuh diri oleh Taliban dan kelompok garis keras lainnya meningkat dalam bulan-bulan belakangan ini ketika militer melancarkan serangan untuk menghancurkan pangkalan-pangkalan gerilyawan di sepanjang perbatasan dengan Afghanistan.

Hampir 2.900 orang tewas dalam serangan-serangan di Pakistan sejak aksi kekerasan gerilyawan meningkat Juli 2007, dengan Taliban meningkatkan serangan di kota-kota besar dan sasaran-sasaran sipil.

Karachi, sebuah kota pelabuhan kosmopolitan jauh dari wilayah barat laut yang kacau , umumnya terhindar dari pertumpahan darah, tetapi ada kekhawatiran para gerilyawan menggunakan kota berpenduduk sekitar 14 juta jiwa itu untuk menghimpun kembali kekuatan dan merencanakan serangan-serangan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010