Johannesburg (ANTARA News/AFP) - Kelompok pemberontak yang mengaku berada di belakang penembakan terhadap tim sepak bola Togo mengancam akan melakukan serangan baru di Angola, dan mengatakan bahwa mereka menentang penyelenggaraan Piala Afrika di provinsi mereka.

Kelompok FLEC-PM yang memperjuangkan kemerdekaan wilayah Cabinda dari Angola mengatakan, serangan akan dilanjutkan karena pimpinan sepak bola Afrika Issa Hayatou menolak pemindahan tempat pertandingan dari Cabinda.

"Serangan akan berlanjut, karena negara ini dalam perang, juga karena Hayatou," kata sekjen kelompok itu, Ridrigues Mingas melalui telefon kepada AFP.

"Senjata tetap akan bicara. Ini adalah wilayah kami, dan waktunya Angolah harus mengerti," katanya.

"Dua bulan sebelum Piala Afrika kami sudah menyurati Issa Hayatou dan mengingatkan diri bahwa kita sedang perang. Tapi dia tidak mempedulikan peringatan kami," kata Mingas yang tinggal di pengasingan di Prancis.

"Kami sudah mengingatkan, mereka sadar itu, tapi mereka menutup mata," ujarnya.

"Jika mereka (pemerintah Angola) ingin menggelar Piala Afrika di Cabinda, itu karena mereka punya agenda tersembunyi yaitu agar rakyat percaya bahwa di Cabinda ada perdamaian sehingga investor akan berinvestasi di Cabinda," tambahnya.

Mingas mengatakan, lusinan orang terlibat dalam serangan hari Jumat lalu yang menewaskan asisten pelatih Togo dan jurubicara tim.

Sembilan orang lainnya dalam bus tim Togo itu cedera, sementara seperti dikatakan Mingas, satu orang gerilyawan tertembak pada tangannya.

Para pemberontak melepaskan tembakan ketika bus tim Togo melintas perbatasan dari Brazzaville Kongo.

"Kami tidak secara khusus menargetkan tim Togo. Tapi bisa Angola, Pantai Gading, Ghana... siapa pun mungkin saja," katanya.

"Kami selalu menyesali jatuhnya korban jika, namun juga sudah ribuan warga Cabinda tewas dalam 35 tahun terakhir," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010