Paris (ANTARA News) - Lima toko buku terkemuka di Prancis mengundang para penerbit dan pemerintah guna sistem baru penjualan buku digital (electronic book, e-book) untuk mengatasi perusahaan online (dotcom) layaknya Amazon, Google, dan Apple.

Fnac, anak perusahaan PPR (Pinault-Printemps-Redoute), dan Virgin Megastore mengemukakan bahwa pemerintah Perancis harus mempunyai sistem penjualan e-book sendiri yang dijalankan oleh para penerbit dan toko buku.

Namun, rencana yang digagas pada Rabu (13/1) itu diragukan oleh Hachette Livre, penerbit terbesar negeri asal Napoleon itu. Mereka juga menambahkan pentingnya perluasan perlindungan pemerintah kepada buku cetak, termasuk mekanisme satu harga untuk meredam persaingan, demikian dilaporkan Lionel Laurent dari Reuters.

"Jika kita tidak menangani hal ini, apa yang akan terjadi? Kita akan berakhir di depan sebuah sistem atau sentral yang dibangun oleh perusahaan, baik itu Amazon, Google, atau Apple," kata Guillaume Decitre, pemimpin toko buku Decitre.

Ia menambahkan, cegah tangkal beberapa laman di China dan ditariknya buku "1984" karangan George Orwell dari Amazon.com adalah contoh mengapa tindakan itu perlu dilakukan.

Usulan itu muncul sehari setelah pemberitaan tentang laporan pemerintah yang mendukung e-book dan Google dalam menyelesaikan perselisihan akibat penyebaran karya-karya sastra dunia melalui dunia maya.

Juru bicara kementrian kebudayaan Prancis menolak berkomentar menanggapi desakan para penerbit tersebut.

Walaupun Decitre dan kawan-kawan mengaku mewakili 70 persen pasar buku Prancis, mereka butuh para penerbit untuk mendapatkan buku.

Para penerbit telah mempunyai pemikiran sendiri tentang distribusi e-book, tetapi menurut Decitre sebuah sistem tunggal akan tiga sampai lima kali lebih hemat.

Francis Lang, direktur penjualan Hachette Livre, mengatakan bahwa dirinya tidak menentang sistem terpusat itu, tetapi ada perbedaan antara mereka dengan toko-toko buku tersebut. "Membangun sebuah strukur yang melibatkan semua pihak yang justru mempunyai kepentingan-kepentingan yang bertentangan sebaiknya tidak dilanjutkan," ujarnya.

Daniel Zwirn, kepala eksekutif Numilog, divisi e-book Hachette Livre, bahkan mengritisi sistem terpusat itu yang telah diterapkan di Jerman. Libreka, nama sistem tersebut, memang menjadi inspirasi bagi kelima toko buku yang menginginkan penerapannya di negara menara Eiffel itu.

"Sepertinya itu memang gagasan yang bagus, namun sebenarnya tidak. Sumbernya bukan dari sini," katanya.

Perwakilan Amazon dan Google juga menolak berbicara.

"Jika berhasil, ini akan sangat unik bagi Perancis. Jelas ini bagian dari perpaduan kepentingan perlindungan budaya yang unik di Perancis," ujar peneliti dari lembaga riset pasar dan teknologi (Forrester Research), James McQuivey.

Ia menambahkan, "Jika penerbit dan toko buku bekerjasama, ini bukan karena kepentingan, tetapi lebih kepada melindungi budaya."  (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010