Kabul (ANTARA News) - Memasuki pertengahan Januari 2010, setidaknya 23 serdadu asing yang bertugas di Afghanistan tewas dalam tugas, korban terakhir adalah seorang tentara Amerika yang meninggal akibat serangan bom rakitan kelompok Taliban, Kamis.

Unit Pasukan Pembantu Keamanan Internasional (ISAF) Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menyebutkan, serdadu AS yang tewas dalam serangan di selatan Afghanitan itu adalah anggota ISAF.

Seorang perwira intelijen senior AS mengatakan, bom-bom berbahan utama pupuk yang diledakkan dengan menggunakan alat pengendali jarak jauh itu dapat dibuat dengan berat sampai 900 kilogram.

Bom rakitan ini dapat menghancurkan kendaraan-kendaraan berat militer. Dalam melakukan aksi perlawanannya, para anggota Taliban tidak hanya mengandalkan serangan bom bunuh diri tetapi juga bom rakitan tersebut sebagai senjata utama mereka.

Provinsi Helmand dan Kandahar di selatan Afghanistan merupakan daerah yang paling rentan terhadap aksi kekerasan namun Taliban juga telah memperluas aksi perlawanannya ke daerah-daerah yang sebelumnya "damai".

Seorang pejalan kaki misalnya meledakkan dirinya di tengah pasar yang ramai di Provinsi Uruzgan yang berbatasan dengan Helmand dan Kandahar, Kamis.

Pejabat pemerintahan setempat menyebutkan, serangan bom bunuh diri di tengah pasar itu menewaskan sedikitnya 20 orang.

Korban sipil

Berkaitan dengan aksi-aksi kekerasan yang tak kunjung berhenti sejak AS menginvasi Afghanistan pada 2001, jumlah warga sipil yang tewas cenderung meningkat.

Misi PBB untuk Afghanistan (UNAMA) melaporkan jumlah warga sipil yang tewas akibat perang berkepanjangan di Afghanistan itu meningkat dari 2.118 orang pada 2008 menjadi 2.412 orang pada 2009.

Kenaikan jumlah korban yang mencapai 14 persen itu menjadikan 2009 tahun terburuk bagi Afghanistan sejak Amerika Serikat (AS) menginvasi negara itu dan mendepak Taliban dari kekuasaan pada 2001.

Meningkatnya korban warga sipil sepanjang 2009 itu tidak dapat dilepaskan dari meluasnya perlawanan Taliban.

Menurut PBB, sekitar 70 persen warga sipil itu tewas akibat serangan kelompok-kelompok perlawanan.

Namun pasukan pro-pemerintah, termasuk personil Organisasi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan AS, juga bertanggung jawab terhadap kematian 596 warga sipil Afghanistan.

Sebanyak 135 orang warga sipil lainnya merupakan korban aksi kekerasan yang terkait dengan partai-partai yang berkonflik.

Bagi pasukan asing di Afghanistan, 2009 juga merupakan tahun paling mematikan karena jumlah tentara yang gugur dalam tugas juga naik dari 295 orang pada 2008 menjadi 520 orang pada 2009.

Di bawah komando AS dan NATO, pasukan asing yang bertugas di Afghanistan saat ini mencapai 113 ribu orang.

Jumlah mereka ini akan meningkat lagi dengan datangnya 40 ribu orang tentara tambahan guna mendukung operasi strategis penumpasan kelompok-kelompok perlawanan di negara itu. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010