Mataram (ANTARA News) - Kepala Depo Pertamina Ampenan, Moch. S. Suherman, mengatakan, sumber kebakaran di Depo Pertamina Ampenan, Senin pukul 11.20 Wita, itu bersumber dari mesin pompa (alkon) yang berfungsi memompa keluar premium dari bak penampung utama ke terminal penampung.

"Sumber api diduga kuat dari mesin pompa atau alkon," kata Suherman kepada wartawan sesaat setelah kobaran api di jaringan penampungan premium Depo Ampenan itu dapat dipadamkan.

Kobaran api berlangsung sekitar 2,5 jam dan baru dapat dipadamkan setelah delapan truk tangki dan dua water canon Polda NTB dikerahkan.

Suherman yang didamping Sekretaris Himpunan Wiraswasta Nasional (Hiswana) Minyak dan Gas (Migas) NTB, H. Nurdin Ending, menjelaskan, bak penampung utama premium di Depo Ampenan itu yang berkapasitas 4.700 kilo liter (kl) atau 4,7 juta liter itu sedang dalam kondisi perawatan rutin.

Letak bak penampung utama premium itu dengan terminal penampung untuk didistribusikan ke truk tangki, hanya sekitar lima meter.

Api pertama kali mencuat di lokasi letak pompa alkon itu, sehingga diupayakan pemadamannya agar tidak merembes ke terminal penampung premium, solar maupun kerosine (minyak tanah).

Kobaran api sempat merambat naik ke dinding bak penampung utama premium itu namun tidak menyebabkan ledakan karena bak penampung itu dalam kondisi nyaris kosong.

"Tangki penampung utama premium itu hanya berisi sekitar 50 kl karena sedang dalam perawatan. Ada indikasi bak penampung itu bocor sehingga dikosongkan untuk diperbaiki, ternyata terjadi kebakaran," ujarnya.

Namun, Suherman menegaskan bahwa kebakaran itu merupakan musibah dan menganggap anak buahnya telah bekerja sesuai prosedur standar.

"Tidak ada kelalaian Pak, semuanya sudah bekerja sesuai prosedur standar," ujarnya ketika ditanya kemungkinan terjadi kelalaian dalam proses pemeliharaan rutin bak penampung utama itu sehingga terjadi kebakaran.

Menurut dia, bak penampung utama premium itu harus dikosongkan setiap lima tahun untuk kepentingan pemeliharaan rutin.

Pengosongan terakhir tahun 2009 lalu, namun kembali dikosongkan pada awal 2010 karena ada indikasi kebocoran.

"Indikasi kebocoran itu yakni adanya stok premium yang terus berkurang sehingga dikosongkan lagi untuk dilakukan pemeriksaan sekaligus memperbaikinya," ujar Suherman. (*)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010