Srinagar, India (ANTARA News/AFP) - Pasukan keamanan di Kashmir yang dilanda pemberontakan menemukan sejumlah besar senjata dan peledak yang akan digunakan dalam serangan pada peringatan Hari Republik India, kata polisi, Senin.

Kekerasan meningkat di negara bagian Kashmir yang berpenduduk mayoritas muslim menjelang peringatan 26 Januari, yang merupakan libur nasional.

Penemuan senjata itu merupakan "pukulan telak bagi rencana buruk militan untuk melancarkan ofensif besar-besaran pada malam Hari Republik", kata Shakeel Beigh, perwira polisi senior daerah, kepada wartawan.

Granat, detonator, ranjau dan senapan ditemukan di distrik utara Baramulla dan di sebuah lokasi lain di distrik Rajouri dekat perbatasan de fakto yang memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara bersaing yang berkekuatan nuklir.

Wilayah itu relatif stabil dalam beberapa bulan terakhir ini.

Namun, terjadi kenaikan tingkat kekerasan menjelang peringatan Hari Republik, termasuk pengepungan oleh militan terhadap sebuah hotel di Srinagar, yang mengakibatkan tewasnya dua militan, seorang polisi dan seorang warga sipil.

Hari Republik merupakan peringatan pemberlakuan konstitusi republik baru India pada tanggal itu tahun 1950. India mencapai kemerdekaan dari Inggris pada 1947 namun melewati tahapan transisi ketika masih digolongkan sebagai negara dominion.

Rakyat Kashmir menolak perayaan itu sejak pemberontakan terhadap kuasaan New Delhi meletus dua dasawarsa lalu.

Kekerasan di Kashmir turun setelah India dan Pakistan meluncurkan proses perdamaian yang bergerak lambat untuk menyelesaikan masa depan wilayah tersebut.

Perbatasan de fakto memisahkan Kashmir antara India dan Pakistan, dua negara berkekuatan nuklir yang mengklaim secara keseluruhan wilayah itu.

Dua dari tiga perang antara kedua negara itu meletus karena masalah Kashmir, satu-satunya negara bagian yang berpenduduk mayoritas muslim di India yang penduduknya beragama Hindu.

Lebih dari 47.000 orang -- warga sipil, militan dan aparat keamanan -- tewas dalam pemberontakan muslim di Kashmir India sejak akhir 1980-an.

Pejuang Kashmir menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari India atau penggabungannya dengan Pakistan yang penduduknya beragama Islam.

New Delhi menuduh Islamabad membantu dan melatih pejuang Kashmir India. Pakistan membantah tuduhan itu namun mengakui memberikan dukungan moral dan diplomatik bagi perjuangan rakyat Kashmir untuk menentukan nasib mereka sendiri.

Serangan-serangan pada 2008 di Mumbai, ibukota finansial dan hiburan India, telah memperburuk hubungan antara India dan Pakistan.

New Delhi menghentikan dialog dengan Islamabad yang dimulai pada 2004 setelah serangan-serangan Mumbai pada November 2008 yang menewaskan lebih dari 166 orang.

India menyatakan memiliki bukti bahwa "badan-badan resmi" di Pakistan terlibat dalam perencanaan dan pelaksanaan serangan-serangan itu -- tampaknya menunjuk pada badan intelijen dan militer Pakistan. Islamabad membantah tuduhan tersebut.

Sejumlah pejabat India menuduh serangan itu dilakukan oleh kelompok dukungan Pakistan, Lashkar-e-Taiba, yang memerangi kekuasaan India di Kashmir dan terkenal karena serangan terhadap parlemen India pada 2001. Namun, juru bicara Lashkar membantah terlibat dalam serangan tersebut.

India mengatakan bahwa seluruh 10 orang bersenjata yang melakukan serangan itu datang dari Pakistan. New Delhi telah memberi Islamabad daftar 20 tersangka teroris dan menuntut penangkapan serta ekstradisi mereka.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010