Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Endang Turmudi menegaskan, NU tidak perlu membentuk partai politik (Parpol) baru sebagaimana yang dikehendaki sebagian kalangan di organisasi itu.

"Saya tidak setuju partai politik baru, ini tidak menyatukan. Sekarang yang penting menyatukan yang bercerai- berai," kata Endang di Jakarta, Sabtu.

Sebagian kalangan di NU mengusulkan agar dalam muktamar mendatang, NU kembali membentuk partai politik baru karena kecewa dengan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang didirikan PBNU pada 1998.

Menurut Endang, saat ini sudah ada beberapa partai yang berbasis NU yakni PKB, PPP, dan PKNU. Warga NU bebas memilih menyalurkan aspirasinya, bahkan di luar ketiga partai itu.

"Khittah sendiri sudah mempersilakan orang NU berafiliasi dengan partai apa pun," kata Endang yang juga peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tersebut.

Khusus PKB, menurutnya, lebih baik jika partai itu kembali menata diri untuk mengembalikan kebesarannya seperti di awal partai itu berdiri. Pada Pemilu 1999, pemilu pertama yang diikutinya, PKB menempati peringkat ketiga peraih suara terbanyak setelah PDI Perjuangan dan Partai Golkar.

"Sekarang bagaimana PKB menggarap pangsa pasarnya yang sudah jelas. PKB sudah punya captive market. Nah karena menggarapnya tidak begitu intens, bahkan diwarnai perpecahan, justru kemudian sebagian orang NU meninggalkan PKB," katanya.

Oleh karena itu, Endang mendorong agar terjadi rekonsiliasi di dalam tubuh PKB. Menurutnya, agar rekonsiliasi bisa berjalan baik, maka tokoh tua atau para deklarator perlu dilibatkan. Saat ini deklarator PKB yang masih hidup tinggal KH Muchit Muzadi dan KH Mustofa Bisri (Gus Mus).

Soal keterlibatan PBNU dalam proses rekonsiliasi PKB, menurut Endang, PBNU tidak akan melibatkan diri jika tidak diminta.

"Masak PBNU menawarkan diri, ya kalau di terima. Kalau, misalnya, ada orang PBNU yang ikut, akan lebih bagus," katanya.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010