Beijing, (ANTARA News) - China, Selasa mengatakan setelah berunding dengan para utusan pemimpin spiritual Tibet, Dalai Lama, bahwa kedua pihak masih "berbeda tajam" mengenai status wilayah Himalaya.

"Seperti dalam putaran-putaran perundingan sebelumnya, posisi kedua pihak masih berbeda tajam," kata Zhu Weiqun, wakil eksekutif/menteri badan Partai Komunis yang menangani kontak dengan Dalai Lama, kepada konferensi pers, sebagaimana dikutip dari AFP.

Komentar-komentarnya itu muncul setelah perundingan pertama antara kedua pihak lebih kurang setahun terakhir, yang diakhiri pada akhir pekan lalu.

Utusan Dalai Lama kembali ke markas pengasingan mereka di India, Dharamshala, Senin.

Kedua utusan itu tiba di New Delhi setelah mengadakan serangkaian pertemuan dengan wakil pemerintah China, yang dimulai di negara bagian tengah Hunan, sebelum berpindah ke Beijing pada akhir pekan, kata sekretaris senior Dalai Lama, Chhime Chhoekyapa, kepada AFP.

Chhoekyapa menolak menjelaskan secara detil mengenai pembicaraan yang menandai kontak pertama antara kedua pihak sejak November 2008.

Pemerintah China dijadwalkan akan melakukan penjelasan pers mengenai perundingan itu, Selasa.

Utusan Lodi G. Gyari dan Kelsang Gyaltsen melakukan perjalanan ke kota pegunungan India utara, Dharamshala, Senin malam, untuk memberikan penjelasan kepada perdana menteri pemerintah Tibet di pengasingan, kata Chhoekyapa.

Pada putaran terakhir perundingan-perundingan itu, rakyat Tibet telah menyampaikan satu memorandum yang menegaskan permintaan otonomi mereka, di wilayah pemukiman pegunungan kaum Budhis sesuai dengan konstitusi China.

Beijing mengatakan, tidak akan berkompromi mengenai sikapnya, bahwa Tibet adalah bagian integral dari China. Namun mengatakan, pihaknya tetap akan membuka pintu bagi perundingan-perundingan mendatang, meskipun terdapat perbedaan tajam antara kedua pihak.

Gyari dan Gyaltsen terbang ke China 25 Januari, untuk melakukan putaran kesembilan dari pertemuan-pertemuan sejak proses dialog yang rumit sejak 2002.

Dalai Lama telah meminta otonomi sepenuhnya untuk Tibet sejak dia meninggalkan tanah airnya, menyusul pemberontakan yang gagal pada 1959 terhadap pemerintahan China, sembilan tahun setelah pasukan China menyerang wilayah itu.

China mengatakan, Dalai Lama sebenarnya ingin merdeka penuh dan menegaskan bahwa dia harus meninggalkan kegiatan separatisnya. Namun, Dalai Lama membantah tuduhan tersebut.(H-AK/A024)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2010