Washington (ANTARA News/AFP) - Militer Amerika Serikat gagal menembak jatuh sebuah rudal balistik dalam satu uji coba mirip serangan Iran atau Korea Utara, setelah radarnya tak berfungsi, kata seorang juru bicara, Senin.

Uji tembak itu dilakukan Ahad di lokasi militer AS di Atol Kwajalein, di kepulauan Marshall, namun rudal yang dijadikan sasaran tidak tercegat seperti yang direncanakan, kata Rick Lehner, juru bicara Badan Pertahanan Rudal (MDA).

Radar pencegat berpangkalan darat itu diluncurkan dari pangkalan Angkatan Udara Vandenberg, di Kalifornia, dan tampaknya `normal`, namun radar X-band berpangkalan laut `tidak berfungsi seperti yang diharapkan` dalam uji tembak itu, kata MDA di dalam pernyataannya.

Para pejabat telah melancarkan satu penyelidikan terhadap uji coba itu, dan penyelidikan tersebut perlu waktu "beberapa pekan sebelum mereka menyelesaikan laporan awal," kata Lehner kepada AFP.

Sasaran rudal dalam uji tembak itu melambangkan `satu jenis teknologi yang dimiliki suatu negara seperti Korea Utara dan Iran, yang diduga akan mereka kembangkan di masa depan, yang bisa mengancam Amerika Serikat," katanya.

Uji coba tersebut terjadi pada saat Pentagon mengeluarkan satu laporan yang memperingatkan Iran dan Korea Utara, yang terus mengejar pencapaian rudal-rudal balistik jarak jauhnya, dan menyebut rudal jarak dekat dan sedang kedua negara merupakan "ancaman regional" bagi pasukan AS, pasukan sekutu dan negara-negara mitranya.

Laporan Tinjauan Pertahanan Rudal Balistik juga menyuarakan kekhawatiran terhadap persenjataan rudal jarak dekat "mobile" Suriah, yang bisa mencapai banyak bagian Israel, Irak, Jordania dan Turki.

Uji coba Ahad itu dilakukan setelah terdapat laporan-laporan, bahwa militer AS sedang mempercepat pengiriman sistem pertahanannya untuk menghadapi potensi serangan rudal Iran di Teluk, tanpa memperhatikan kemungkinan terjadinya suatu balasan.

Tindakan ini melibatkan pergerakan kapal-kapal di lepas pantai Iran, dan sistem-sistem anti rudal di sedikitnya empat negara Arab - Qatar, Uni Emirat Arab, Bahrain dan Kuwait -, demikian laporan surat kabar New York Times, mengutip pernyataan para pejabat militer dan pemerintah.(Uu.H-AK/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010