Padang (ANTARA News) - Harimau Sumatera, diprediksi kini hanya terdapat seekor saja pada habitatnya seluas 300 hektar lagi, sehingga satwa langka tersebut kondisinya makin terancam punah. Ancaman tersebut bisa terjadi antara lain akibat terjadinya konflik satwa langka itu dengan manusia terkait perburuan liar, salah jerat atau terperangkap jerat babi, serta perbukaan hutan sebagai lahan pertanian dan perkebunan," kata Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Indra Arinal di Padang, Sabtu. Ia mengatakan hal itu terkait evaluasi sepanjang 2008 di Sumbar tercatat seekor harimau Sumatera yang mati dan tiga orang warga meninggal akibat diterkam harimau tersebut. Menurut dia, harimau melakukan perlawanan dengan manusia lebih akibat habitatnya terfregmentasi dengan aktivitas pertanian dan perkebunan sawit serta coklat. "Berkurangnya luas habitat mereka, telah memicu terjadinya `konflik` antara satwa langka tersebut dengan penduduk yang bermukim di sekitar kawasan hutan itu, " katanya. Ia mengatakan, maraknya pembukaan kawasan juga akibat pemotongan jalan perkampungan bagi perkebunan sawit dan kakao berdampak pada habitat hariamau Sumatera itu makin kecil. Untuk tiga ekor harimau dengan luas hutan yang terpotong jelas sangat sempit bagi harimau itu untuk hidup sehingga dapat memicu konflik dengan penduduk. "Sebanyak 40 petugas kehutanan terus disiagakan antara lain untuk melakukan patroli secara bergilir untuk mengawasi terjadinya aksi penangkapan liar satwa dilindungi itu," katanya. Data BKSDA Sumbar mencatat bahwa sepanjang 2008, selain harimau Sumatera, satwa dilindungi lainnya yang juga terancam punah adalah beruang Sumatera, tapir Sumatera, dan penyu Sumatera yang memerlukan perhatian serius Pemprov Sumbar untuk melindunginya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2009