Munich (ANTARA News) - Iran melihat adanya prospek baik dalam mewujudkan kesepakatan dengan negara-negara kuat dunia mengenai pertukaran uraniumnya yang telah diperkaya pada tingkat rendah (LEU), untuk ditingkatkan menjadi bahan bakar pada tingkat tinggi.

Tujuannya ialah agar uranium tersebut bisa digunakan untuk reaktornya yang memproduksi isotop medis, kata Menteri Luar Negeri Iran, Manouchehr Mottaki, Jumat, seperti diberitakan Reuters.

Kesepakatan itu akan memberikan terobosan besar dalam sengketa yang berlangsung lama mengenai program nuklir Iran. Namun belum jelas, apakah syarat-syarat Iran akan bisa diterima oleh Amerika Serikat dan negara besar lain.

"Saya pribadi percaya bahwa kami telah membentuk landasan yang kondusif untuk suatu pertukaran demikian, agar tidak berjarak sangat jauh pada masa depan," kata Mottaki pada Konferensi tahunan Keamanan Munich.

Namun dia mengatakan terserah kepada Teheran lah untuk menetapkan jumlah uranium yang dipertukarkan, yang besarnya berdasarkan kebutuhan.

Kesepakatan pertukaran uranium tersebut pertama kali dibahas tahun lalu antara Iran dan enam negara kuat dunia, yang menunjukkan hal itu sebagai cara untuk menjamin Teheran tidak memperkaya uraniumnya lebih lanjut, ke tingkat yang berpotensi bisa digunakan untuk pembuatan bom nuklir.

Tetapi Teheran, yang membantah bahwa pihaknya berniat membuat bom, telah gagal menanggapi secara positif semua usul dari kelompok yang terdiri AS, Rusia, China, Inggris, Prancis dan Jerman, sampai pekan ini.

Mottaki mengatakan dia berencana membahas masalah pertukaran itu Sabtu, dengan kepala baru Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Yukiya Amano, di sela-sela konferensi Munich.

"Kami rasa semua pihak telah menunjukkan sikap politik mereka untuk melaksanakan pertukaran itu," katanya, tanpa menyebut nama-nama negara secara khusus.

Iran akan menyerahkan uranium yang diperkayanya sampai 3,5 persen, dan menerima uranium diperkaya 20 persen sebagai imbalannya, untuk digunakan di dalam reaktor Teheran yang memproduksi isotop medis.

"Di sini mesti ada jaminan untuk kedua pihak, bahwa uranium hasil pengayaan 3,5 persen itu akan diberikan, dan pengayaan 20 persen akan diberikan sebagai imbalan," katanya.(H-AK/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010