Grobogan (ANTARA News) - Puluhan petani yang areal pertaniannya mengandalkan pasokan air dari Waduk Simo, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, mengeluhkan pendangkalan waduk tersebut.

Salah seorang petani setempat, Sumarno (52), di Grobogan, Minggu, mengatakan, pendangkalan di Waduk Simo diduga karena penjarahan pohon di kawasan hutan setempat yang mengakibatkan longsoran tanah menuju waduk.

"Pendangkalan di waduk oleh endapan lumpur saat ini cukup tinggi yakni mencapai tiga meter dari ketinggian kapasitas air 7,5 meter," katanya.

Jika pendangkalan terus terjadi, katanya, daya tampung waduk akan semakin berkurang dan berimbas kepada semakin sedikitnya persawahan yang mendapat pasokan air.

Petani setempat, katanya, berharap kepada pihak terkait agar segera mengatasi pendangkalan di Waduk Simo.

Kepala Desa Simo, Suwardi, yang dihubungi secara terpisah juga membenarkan terjadinya pendangkalan sebagai akibat endapan lumpur hingga seluas 82 hektare itu

Pada Tahun 2007, katanya, perangkat desa setempat sudah mengusulkan kepada beberapa instansi terkait agar mengeruk endapan lumpur di waduk itu.

"Namun hingga saat ini belum ada tindak lanjut. Padahal air waduk sangat dibutuhkan untuk mengairi sawah di beberapa desa seperti Desa Sidorejo dan Pakis, Kecamatan Pulokulon," katanya.

Saat kondisi normal atau tidak terjadi pendangkalan, katanya, Waduk Simo dapat mengairi areal pertanian di Desa Simo seluas 287 hektare, Sidorejo (60), dan Pakis (40).

"Karena terjadi pendangkalan dan tingkat elevasi air yang terus menurun maka jumlah luas areal pertanian di Desa Simo berkurang hampir separuhnya atau hanya sekitar 196 hektare," katanya.

Kepala Dinas Pengairan Pemerintah Kabupaten Grobogan, Rudi Atmoko, didamping Kepala Bidang Irigasi, Subiyono, mengatakan, penanganan waduk di daerah itu wewenang pemerintah pusat yakni Balai Besar Wilayah Sungai Pemali Juana yang berkantor di Kota Semarang.

"Pihak kami tidak punya wewenang mengenai hal tersebut," katanya. (WSN/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010