London (ANTARA News) - Dua lagi serdadu Inggris tewas di Afghanistan, kata Kementerian Pertahanan Inggris, Senin, sehingga total korban tewas tentara Inggris mencapai 255 orang sejak 2001.

Reuters melaporkan, total kematian tentara Inggris di Afghanistan itu setara dengan jumlah kematian tentara Inggris yang tewas dalam konflik dengan Argentina di Kepulauan Falklands pada 28 tahun silam.

Dua tentara yang berasal dari Royal Scots Borderers, Batalion I Resimen Skotlandia itu meninggal akibat ledakan bom pada Ahad ketika mereka menjalani tugas patroli di dekat Sangin, Provinsi Helmand, Afghanistan selatan.

Kematian tersebut menambah jumlah tentara Inggris yang tewas di Afghanistan mencapai 255 orang sejak konflik yang diawali agresi militer AS pada 2001.

Jumlah kematian itu sepadan dengan kematian yang diderita Inggris dalam konflik bersenjata pada 1982 dengan Argentina di Atlantik Selatan.

Kampanye singkat untuk memulihkan situasi Falklands tersebut memberi keuntungan bagi Perdana Menteri Margaret Thatcher.

Namun, perang Afghanistan dan meningkatnya jumlah kematian itu telah melemahkan dukungan bagi pemerintah pimpinan Perdana Menteri Gordon Brown.

Inggris menempatkan 10.000 tentaranya di Afghanistan, kontingen terbanyak kedua setelah Amerika Serikat, dan sebagian besar mereka ditempatkan di Helmand, provinsi paling bergolak di Afghanistan.

Lebih dari 110.000 tentara internasional berada di Afghanistan untuk memerangi gerilyawan Taliban dibawah komando NATO dan AS.

Direncanakan 40.000 serdadu lagi akan tiba di Afghanistan sebagai bagian dari strategi melumpuhkan pemberontakan.

Ribuan tentara NATO dan Afghanistan sedang bersiap-siap untuk melancarkan operasi besar-besaran terhadap Taliban di pangkalan terbesar mereka di provinsi Helman yang paling bergolak tersebut.

Komandan AS untuk pasukan asing di Afghanistan, Jenderal Stanley McChrystal, mengatakan tujuan operasi itu adalah melumpuhkan ancaman Taliban dan menguasai kawasan Majah, di lembah Sungai Helmand, bagian selatan negara itu. (M043/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010