Semarang (ANTARA News) - Operasi cangkok hati yang akan dilakukan kepada Bilqis Anindya Passa, balita penderita "atresia bilier", diperkirakan tanpa transfusi darah.

"Kami akan melakukannya dengan pisau khusus yang mampu mencegah terjadinya pendarahan hebat saat proses operasi," kata Ketua Tim Cangkok Hati RSUP dr Kariadi Semarang, dr. Yulianto Suwardi, di Semarang, Rabu.

Ia mengatakan, pisau operasi yang dinamakan "Harmony Scalpel" itu merupakan alat khusus untuk operasi yang rumit termasuk cangkok hati.

Hingga saat ini, katanya, RSUP dr. Kariadi telah memiliki dua unit pisau itu.

"Harga alat tersebut memang cukup mahal mencapai Rp500 juta namun penggunaan `Harmony Scalpel` dapat menekan resiko yang ditimbulkan dari proses operasi seperti pendarahan yang berakibat fatal," katanya.

Pihaknya, katanya, sebenarnya telah mengajukan pembelian alat baru bernama "Cavitron Ultrasound Surgical Aspirator" (CUSA) yang lebih canggih untuk melakukan berbagai operasi yang rumit.

"Kami sudah bertemu dengan anggota DPR dan staf Menteri Kesehatan terkait rencana pembelian alat itu. Kemungkinan tahun depan terealisasi sehingga akan lebih memudahkan operasi seperti cangkok hati," katanya.

Ia mengatakan, tingkat ketelitian atas operasi cangkok hati sangat tinggi sebab proses operasi membutuhkan waktu yang relatif lama, antara 13 hingga 14 jam.

"Kami perlu memotong dan menyambung beberapa pembuluh darah pada hati sehingga harus dilakukan secara tepat, tidak boleh terlalu panjang atau terlalu pendek," kata Suwardi yang juga ahli bedah anak tersebut.

Ia mengakui, proses operasi cangkok hati akan menemui saat tersulit ketika melakukan klem vena cava.

Pembuluh darah itu, katanya, bertugas mengalirkan darah dari jantung ke bawah sehingga operasi itu harus dilakukan secara cepat.

"Proses pengkleman vena cava itu harus dilakukan dalam waktu kurang dari satu jam karena selebihnya akan membahayakan nyawa si pasien," katanya.

Ia menjelaskan, operasi cangkok hati itu akan dilakukan di dua ruang masing-masing untuk pendonor dan resipien (pasien).

Namun, katanya, dua kamar operasi itu saling terhubung sehingga memudahkan proses operasi.

Seorang anggota tim cangkok hati RSUP dr. Kariadi, dr. Hirlan, mengatakan, proses operasi cangkok hati yang akan dilakukan sebenarnya sederhana bagi pendonor namun lebih rumit bagi pasien.

Berdasarkan pengalamannya menangani dua kali operasi serupa yang salah satunya terhadap Ulung Hara Hutama pada 2006, katanya, setelah lima hari operasi, pendonor yang juga ibu Ulung sudah mampu keluar kamar dan menjenguk putranya.

"Namun, pasien akan terus dipantau secara intensif apabila terjadi resiko penolakan hati donor yang dicangkokkan dan akses masuk ke ruang perawatan itu akan dibatasi," kata Hirlan.

(U.PK-ZLS/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010