Semarang (ANTARA News) - Tim Cangkok Hati RSUP dr. Kariadi Semarang mengirimkan sampel darah Bilqis Anindya Passa (penderita "atresia bilier") dan ibunya, Dewi Farida (37), ke Amerika dan Singapura, untuk diperiksa kandungan Epstein-Barr Virus (EBV).

"Pengiriman sampel darah ke dua negara itu untuk mendapatkan `second opinion` (pendapat kedua), kami berharap hasilnya sudah dapat diterima pada akhir minggu ini," kata anggota Tim Cangkok Hati RSUP dr. Kariadi Semarang, dr. Hartantyo, di Semarang, Selasa.

Menurut dia, EBV merupakan virus yang sangat ganas dan berpotensi untuk merusak liver, sehingga pihaknya harus memastikan bahwa Bilqis dan ibunya tidak mengandung EBV.

"Kalau mengandung EBV berarti harus dihilangkan terlebih dahulu," katanya.

Berkaitan dengan kondisi Bilqis saat ini, ia mengatakan gejala influenza (flu) yang dialami oleh Bilqis sudah mulai membaik dengan ditandai cairan hidung yang sudah berwarna jernih dan bersih.

"Berat badan Bilqis juga meningkat, sehingga beratnya pada hari Senin (15/2) masih 8,15 kilogram, namun saat ini sudah meningkat menjadi 8,2 kilogram. Kami terus melakukan pengawasan secara intensif terkait perkembangannya setiap jam dan setiap menit," katanya.

Senada dengan itu, penggagas tim cangkok hati, Prof. dr. Soemantri, mengatakan pihaknya terus melakukan pengawasan terhadap Bilqis, terutama dari virus yang dimungkinkan menyerang Bilqis, sebab penularan virus itu akan membuat waktu operasi semakin mundur.

"Beberapa virus yang paling diwaspadai, antara lain chikungunya, demam berdarah, dan campak. Kalau sampai terkena campak misalnya, pelaksanaan operasi bisa mundur hingga enam minggu, karena itu kami terus mengawasi," katanya.

Ia mengatakan upaya untuk mengawasi dan mencegah penularan virus ke tubuh Bilqis dilakukan dengan menjaga ruang perawatan dalam kondisi steril, sehingga akses masuk ke ruang perawatan Bilqis dibatasi dan diperketat.

"Tidak boleh sembarang orang keluar masuk ke ruangan Bilqis, termasuk dokter bila tidak berkepentingan, sebab virus yang terkandung dalam tubuh seseorang sulit terdeteksi, tahu-tahu sudah menularkan virus itu ke orang lain," kata Soemantri.

Sementara itu, anggota lain tim cangkok hati, dr. Hirlan mengatakan, proses operasi cangkok hati merupakan operasi yang rumit, sehingga harus dipersiapkan matang untuk menunjang keberhasilan operasi itu.

"Bahkan, saat menangani Ulung Hara Hutama (pasien pertama cangkok hati) pada beberapa waktu lalu, kami melakukan persiapan pelaksanaan operasi cangkok hati selama sekitar enam bulan," kata Hirlan.

(U.PK-ZLS/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010