Jakarta (ANTARA) - Band Kotak merayakan 16 tahun berkarya dengan meluncurkan album "Identitas", Jumat, yang proses pembuatannya murni digarap para personel, mulai dari konsep, lagu, tempat studio rekaman hingga kemasan album.

Sesuai namanya, "Identitas" menyuguhkan identitas asli Kotak yang mengerjakan semuanya tanpa campur tangan kreatif pihak ketiga alias "do-it-yourself".

"Setelah beberapa tahun Kotak berkarya, kami banyak ambil ilmu dari orang-orang, lalu kita bisa buktikan sudah siap berkarya sesuai dengan identitas kita, makanya nama albumnya 'Identitas'," kata Swasti "Chua" Sabdastantri, pemain bass Kotak, dalam konferensi pers daring, Jumat.

Album yang digarap selama dua tahun ini direkam di Yogyakarta. Meski memakan lebih banyak waktu, sebab mereka harus menyempatkan diri untuk pergi ke Yogyakarta demi album, menurut Chua kota ini membuat ide-ide mengalir deras.

Baca juga: Kotak rilis "Teman Palsu", lagu ketiga dari album baru

Baca juga: Kotak garap video musik "Hoax" dari rumah


"Di Jakarta idenya mandek, di Yogyakarta lancar banget," tutur Chua.
 
(Ki-ka) Swasti "Chua" Sabdastantri, Tantri Syalindri Ichlasari (vokalis) dan Mario “Cella” Marcella (gitaris) dari band KOTAK. (ANTARA/HO)


Mario “Cella” Marcella, gitaris Kotak, mengatakan sekarang memang sudah saatnya mereka memperlihatkan identitas Kotak dengan menjadi produser album tanpa melibatkan orang lain.

"Ini penggarapan album tersantai, betul-betul dipikirin sesuai identitas."

Mengingat semuanya dilakukan tanpa campur tangan orang lain, Chua menuturkan ada cerita-cerita lucu di sela pembuatan. Salah satunya adalah distraksi akibat hasrat belanja yang melanda dirinya dan Tantri Syalindri Ichlasari sang vokalis. Semua terasa lebih bebas karena mereka mengatur jadwal sendiri.

"Terhambat ibu-ibu, aku dan Tatri lebih milih belanja di Beringharjo karena kita atur waktunya sendiri," celoteh Chua.

Tantri menuturkan, album "Identitas" punya tempat spesial di hatinya karena Kotak bisa puas mencurahkan ide setiap anggota di dalamnya. Mereka bisa bebas mengeksplorasi semua aspek sesuai keinginan tanpa terbentur pertimbangan dari pihak lain.

"Kita sayang banget sama album ini karena mengolah dari awal, eksplorasinya dalam banget," ujar Tantri.
 
(Ki-ka) Swasti "Chua" Sabdastantri, Tantri Syalindri Ichlasari (vokalis) dan Mario “Cella” Marcella (gitaris) dari band KOTAK. (ANTARA/HO)


"Di Atas Cinta"

Dari sepuluh lagu dalam album, "Di Atas Cinta" menjadi single andalan yang ditulis Tantri sebagai cerminan kehidupannya sebagai orangtua.

Lagu pertama yang direkam untuk "Identitas" ini mengingatkan para personel Kotak atas perjuangan orangtua dalam membesarkan mereka.

Baca juga: Lawan berita bohong, Kotak luncurkan lagu "Hoax"

Baca juga: Melly Mono vokalis sementara Kotak gantikan Tantri


"Pas baru jadi musiknya saja, kita mendengarnya terasa sedih. Kok lagunya senang, tapi mengharukan? Kita bertiga kompak membayangkan lagu ini tentang orangtua, keluarga, anak," tutur Chua.

Cella menambahkan, "Di Atas Cinta" membuatnya membayangkan kerepotan orangtua ketika mengurus dirinya saat kanak-kanak.

"Mendengarkan lagu itu kayak flashback dosaku banyak banget sama orangtua," kata Cella.

Ketiganya sepakat, perubahan status menjadi orangtua membuat perbedaan signifikan terhadap lirik yang mereka ciptakan. Fase gundah gulana saat jatuh cinta telah dilewati, berganti dengan cinta seutuhnya kepada keluarga dan buah hati, sebagai seorang istri atau suami.

"Tapi enggak bisa dipungkiri kita harus bisa coba lagi memposisikan diri seperti dulu. Kalau kita jomblo, kangen mantan, bagaimana ya rasanya? Coba posisikan seperti itu, zaman-zaman masih gadis," kata Chua.

"Kalau enggak gitu, kita bisa 'stuck', kan sudah di posisi nyaman."
 
(Ki-ka) Swasti "Chua" Sabdastantri, Mario “Cella” Marcella (gitaris) dan Tantri Syalindri Ichlasari (vokalis) dari band KOTAK. (ANTARA/HO)


Lagu "Manusia Manusiawi", bagian "Identitas" yang sudah dirilis sebelumnya, juga istimewa karena melibatkan Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun, idola mereka.

Sempat terpikir impian berkolaborasi itu takkan terwujud, tapi Tantri mengatakan semesta rupanya mengamini permohonan mereka.

Lewat Noe "Letto", anak Cak Nun, pintu kolaborasi terbuka sehingga proses rekaman dapat dilakukan meski hingga kini mereka semua belum pernah bertatap muka dengan Cak Nun.

Di sela beberapa bulan sebelum Cak Nun mengirimkan rekaman kata-kata berdurasi 30 detik, Cella menuturkan mereka menunggu sambil mencoba memasukkan suara Cak Nun dari video di YouTube ke dalam lagu "Manusia Manusiawi".

"Sambil nunggu Tantri selesai melobi, itu saja bikin kita merinding," ujar Cella.

Begitu rekaman Cak Nun yang memang dibuat untuk "Manusia Manusiawi" akhirnya dipadukan ke dalam lagu tersebut, air mata Cella tanpa terasa mengalir.

"Lagunya, energinya luar biasa, seperti kita dibawa ke dimensi lain," kata dia.

Di peluncuran album, sekaligus perayaan ulang tahun ke-16, Kotak menuturkan impian mereka yang sederhana: bermusik bersama hingga seterusnya. "Kotak Sampai Tua" adalah nama grup percakapan mereka di aplikasi pesan singkat.

"Nama itu sebuah doa," imbuh Cella.

Baca juga: Tantri "Kotak" cuti hamil, posisi vokalis digantikan Melly Mono

Baca juga: Album baru Kotak siap rilis tahun depan

Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020