Peshawar, Pakistan (ANTARA News/AFP) - Serangan bom mobil bunuh diri terhadap konvoi militer menewaskan sembilan orang, termasuk anak-anak, di daerah Swat, Pakistan, Senin, hanya beberapa bulan setelah miilter mengklaim telah menumpas pemberontakan Taliban.

Penyerang meledakkan kendaraannya ketika pasukan keamanan melewati jantung Mingora, kota utama di Swat dimana militer berusaha memegang kendali lagi setelah menumpas muslim garis keras.

Sejumlah toko dan mobil rusak dalam pemboman itu, serangan paling mematikan di bekas daerah wisata itu, yang dulu sering dikunjungi orang Barat, sejak serangan bom bunuh diri terhadap konvoi militer menewaskan 45 orang pada 12 Oktober di Shangla.

Tayangan televisi setempat menunjukkan sebuah mobil berada dalam kobaran api dan asap hitam mengepul di jalan, sementara korban bergeletakan di tanah dengan pakaian bersimbah darah. Pasukan segera datang ke lokasi kejadian dan ambulan mengangkut orang-orang yang terluka.

Wanita dan anak-anak yang ketakutan terlihat bergegas meninggalkan tempat itu.

Polisi mengatakan bahwa sembilan orang tewas dan petugas mengambil bagian-bagian dari mobil Suzuki yang digunakan oleh penyerang bom bunuh diri itu.

"Empat wanita, dua anak dan tiga pria tewas," kata kepala kepolisian kota Qazi Ghulam Farooq kepada AFP, dengan menambahkan bahwa empat dari 39 orang yang terluka berada dalam kondisi serius.

"Itu serangan bom mobil bunuh diri... Sasarannya adalah konvoi militer," kata Mayor Mushtaq Ahmad Khan dari Pusat Media Swat kepada AFP.

Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani mengutuk pemboman itu dan berjanji bahwa "aksi terorisme tidak manusiawi semacam itu" tidak akan mengubah tekad Pakistan "mengatasi ancaman ini dan memerangi ekstrimis gila".

Swat disebut-sebut sebagai catatan keberhasilan Pakistan dalam memerangi Taliban dan militan yang terkait dengan Al-Qaeda oleh para pejabat lokal dan AS, yang memuji ofensif itu karena tampaknya mengakhiri pemberontakan lokal Taliban selama dua tahun.

Militer Pakistan meluncurkan ofensif besar-besaran setelah Taliban bergerak maju dari Swat ke Buner, ke arah selatan lagi menuju ibukota Pakistan, Islamabad, setelah Washington menyebut kelompok itu sebagai ancaman bagi keberadaan Pakistan, negara yang bersenjatakan nuklir.

Ofensif militer besar itu diluncurkan di distrik-distrik Lower Dir pada 26 April, Buner pada 28 April dan Swat pada 8 Mei. Ofensif itu mendapat dukungan dari AS, yang menempatkan Pakistan pada pusat strateginya untuk memerangi Al-Qaeda.

Swat dulu merupakan daerah dengan pemandangan indah yang menjadi tempat tujuan wisata namun kemudian berubah menjadi markas kelompok Taliban.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan sejak ratusan Taliban dan gerilyawan Al-Qaeda melarikan diri ke wilayah itu setelah invasi pimpinan AS pada akhir 2001 menggulingkan pemerintah Taliban di Afghanistan.

Pasukan Pakistan meluncurkan ofensif udara dan darat ke kawasan suku Waziristan Selatan pada 17 Oktober, dengan mengerahkan 30.000 prajurit yang dibantu jet tempur dan helikopter meriam.

Meski terjadi perlawanan di Waziristan Selatan, banyak pejabat dan analis yakin bahwa sebagian besar gerilyawan Taliban telah melarikan diri ke daerah-daerah berdekatan Orakzai dan Waziristan Utara.

Waziristan Utara adalah benteng Taliban, militan yang terkait dengan Al-Qaeda dan jaringan Haqqani, yang terkenal karena menyerang pasukan Amerika dan NATO di Afghanistan, dan AS menjadikan daerah itu sebagai sasaran serangan rudal pesawat tak berawak.

Beberapa analis juga telah memperingatkan bahwa Taliban dan sekutu mereka akan meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan di Bajaur dan kawasan suku lain lagi untuk mengalihkan fokus perhatian dari Waziristan Selatan.

Pasukan keamanan melakukan operasi besar-besaran terhadap militan muslim di Mohmand dan Bajaur pada Agustus 2008. Pada Februari 2009, militer menyatakan bahwa Bajaur bersih setelah pertempuran sengit berbulan-bulan, namun kerusuhan terus berlangsung.

Menurut militer, lebih dari 1.500 militan tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus 2008, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Daerah itu juga dihantam serangan rudal yang hampir mengenai Zawahiri, orang kedua Osama bin Laden, pada Januari 2006.

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan itu digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan internasional yang meningkat agar menumpas kelompok militan di wilayah baratlaut dan zona suku di tengah meningkatnya serangan-serangan lintas-batas pemberontak terhadap pasukan internasional di Afghanistan. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010