Jakarta (ANTARA News) - Jenazah pakar hukum Prof Dr Loebby Loqman dimakamkan layaknya perwira polisi dengan penyelenggaraan upacara kebesaran Polri karena dianggap sebagai guru besar di lingkungan kepolisian.

"Beliau ini berada dalam kapasitas penasihat Kapolri. Beliau sudah cukup lama menjadi penasihat Kapolri, kira-kira selama lima tahun pada zaman Jenderal Bimantoro dan Jenderal Da`i Bachtiar. Jadi, layaklah bila beliau dimakamkan layaknya perwira polisi," kata Koordinator Staf Ahli Polri Irjen Pol Andi Chaerudin saat melayat di kediaman almarhum di Jl Shangrilla Cipulir, Jakarta Selatan, Rabu.

Menurut Andi Chaerudin, almarhum Loebby Loqman memiliki banyak murid di lingkungan kepolisian. Beberapa Kapolri dan mantan Kapolri juga mantan muridnya, termasuk Jenderal Bambang Hendarso Danuri.

Karena itu, katanya, banyak pihak di lingkungan Polri yang menganggapnya sebagai guru, orang tua, dan senior.

Andi Chaerudin mengaku mengenal sosok Loebby Loqman yang meninggal pada usia 75 tahun itu, sejak ia kuliah di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) pada tahun 1981-1983. Loebby Loqman pada saat itu merupakan dosen mata kuliah Hukum Tindak Pidana.

"Banyak sekali nilai-nilai dan ajaran beliau yang saya anut selama 35 tahun saya meniti karir di Polri, baik dalam kapasitas keilmuan maupun dan kepribadian," kenang Andi Chaerudin.

Selain itu, hal yang bisa dianut dari Loebby Loqman, kata Andi Chaerudin, adalah sifat kesederhaan Loebby, termasuk pemikiran-pemikirannya. Loebby Loqman berpendapat bahwa hukum merupakan alat untuk mencapai kesejahteraan rakyat.

Dalam upacara pelepasan jenazah di kediaman Loebby Loqman, terlihat tamu-tamu yang berasal dari PTIK, Akademi Ilmu Permasyarakatan (AKIP), dan Mabes Polri. Pihak Polri mengerahkan 10 orang polisi dari Denma Polri untuk mengangkat peti jenazah Loebby Loqman yang ditutupi Bendera Merah-Putih.

Sementara itu, anak pertama Loebby Loqman, Maulina mengatakan bahwa ayahnya tidak meninggalkan pesan apapun sebelum tutup usia pada Rabu dini hari sekitar pukul 00.40 WIB.

Baik istri maupun anak-anaknya tidak ada yang sempat berkomunikasi saat Loebby Loqman berada di rumah sakit.

Menurut keterangan Maulina, ayahnya dilarikan ke RS Aminah, Cipulir, Selasa (23/2) pada pukul 17.00 WIB. Saat itu Loebby Loqman sudah dipasangi alat bantu pernafasan dan alat bantu makan.

"Saya yang menunggui Bapak saat Bapak meninggal, hanya sendirian. Tadinya adik-adik saya sudah ada di sana. Tapi, mereka meninggalkan rumah sakit pukul 23.30 malam," kata Maulina.

Sebelum pukul 00.00, suster rumah sakit sempat masuk ke ruang inap Loebby untuk memberi makan. Maulina pun sempat melihat Loebby bernafas dalam keadaan tidur. Namun, saat itu wajahnya sudah pucat dan bibirnya sudah memutih.

"Suster itu meminta saya untuk melihat kondisi Bapak. Terus saya periksa, ternyata Bapak sudah tidak bernafas, nadinya pun sudah tidak berdetak," tutur Maulina.

Loebby meninggal dunia pada Rabu dini hari pukul 00.40 WIB. Sejak 23 Desember 2009, Loebby telah berulang kali keluar-masuk rumah sakit, mulai dari RS Pondok Indah, RS Haji, hingga RS Aminah.

Walau telah mengidap penyakit stroke selama tiga tahun, Loebby masih tetap mengajar di PTIK, didampingi Maulina. Loebby meninggalkan seorang istri, enam anak, dan beberapa orang cucu.

Maulina mengagumi semua hal yang ada pada ayahnya. Menurut dia, Loebby adalah ayah yang hebat bagi anak-anaknya. Selama hidupnya, Loebby tak pernah bertindak keras pada anak-anaknya.

"Kenangan manis yang keluarga punya yaitu setiap bulan, anak-cucu selalu menyempatkan untuk berkumpul. Itu harus. Tapi sekarang sudah tidak bisa lagi seperti itu," tutur Maulina sambil menitikkan air mata.



(T.M-PPS/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010