Yogyakarta (ANTARA News) - Naga lampion sepanjang 130,6 meter tampil dalam pawai penutupan Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY) ke-5 yang digelar melintasi Jalan Malioboro hingga Ahmad Yani, Sabtu malam.

Belasan ribu warga masyarakat berdiri memadati kawasan sepanjang jalan utama di jantung kota ini, untuk menyaksikan pawai budaya itu.

Ketua Panitia PBTY ke-5 Tri Kirana Muslidatun mengklaim naga lampion tersebut merupakan yang terpanjang se-Asia, dan telah mendapatkan pengakuan dari Museum Rekor Indonesia (MURI).

Ia mengatakan naga lampion itu terbuat dari kain parasit dengan berat total 2,6 ton, ditambah 1.300 lampu yang didukung 40 baterai, yang diusung sekitar 300 orang. Mereka adalah anggota Paguyuban Tionghoa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Selain menampilkan naga lampion terpanjang se-Asia itu, dalam pawai budaya tersebut juga menampilkan beragam kesenian yang dibawakan sejumlah kelompok masyarakat di provinsi ini. Penampilan group naga barongsai mendominasi pawai ini.

Selain itu, salah satu peserta pawai yakni dari Sekolah Menengah Kesenian Indonesia (SMKI) Yogyakarta menampilkan tarian perpaduan Tiongkok dan Indonesia.

Beberapa lembaga pendidikan yang juga ikut dalam kegiatan tersebut, di antaranya Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dan Institut Seni Indonesia (ISI). Keduanya menampilkan tarian.

Salah satu sanggar tari modern di Yogyakarta menampilkan tarian kreasi baru yaitu "jathilan ampyang" yang merupakan karya seniman tari Didik Nini Thowok.

"Tarian tersebut juga merupakan perpaduan budaya Jawa dan Tiongkok, karena `jathilan` (semacam kuda lumping) berasal dari Jawa, sedangkan kacang yang menjadi salah satu bahan baku pembuatan `ampyang` berasal dari China," kata Tri Kirana.

Sejumlah perempuan pedagang kaki lima (PKL) jalan Malioboro juga turut ambil bagian dalam pawai itu dengan membacakan puisi yang menyuarakan keinginan mereka untuk tetap bisa berdagang di kawasan jalan protokol ini.

Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X berharap PBTY terus mengalami kemajuan dalam penyelenggaraan setiap tahunnya.

Diharapkan pula, kata Sultan, pergelaran pesta budaya ini tidak hanya menjadi kanalisasi hiburan di tengah kegalauan politik di Indonesia seperti kasus Bank Century yang masih hangat, tetapi juga dapat menyatukan budaya dari berbagai etnis guna membangun budaya nusantara, serta sebagai wahana memperkuat jalinan budaya Indonesia dalam proses integrasi bangsa. (Ant/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010