Semarang (ANTARA News) - Dewi Farida (37), ibu Bilqis Anindya Passa, balita penderita "atresia bilier", mengaku, pernah didatangi keluarga yang anaknya juga menderita penyakit sama dengan Bilqis.

"Beberapa hari lalu saya memang didatangi orang tua yang mengaku anaknya memiliki kondisi sama dengan Bilqis, namun saya lupa harinya dan nama orang itu," katanya di Semarang, Rabu.

Ia hanya ingat bahwa mereka berasal dari Surabaya dan mereka mengatakan bahwa usia anaknya masih sekitar empat bulan serta diketahui menderita "atresia bilier".

Mereka, katanya, kesulitan mencari dana untuk biaya pengobatan anaknya itu sebab secara ekonomi termasuk kalangan menengah ke bawah sehingga anak itu hanya menjalani pengobatan seadanya.

Ia mengatakan, mereka hanya bertemu dengannya untuk berdiskusi terkait "atresia bilier".

Ia mengaku, telah menyarankan kepada mereka untuk melengkapi persyaratan sebagai peserta jaminan kesehatan daerah (jamkesda).

"Mereka juga saya sarankan untuk menyampaikan permohonan kepada pemerintah daerah dan pusat agar mendapat keringanan biaya karena pengobatan `atresia bilier` membutuhkan dana yang tidak sedikit," katanya.

Bahkan, katanya, mereka mengaku pernah ditolak oleh salah satu rumah sakit karena tidak memiliki kartu jamkesda.

"Sehingga bingung mau meminta bantuan siapa lagi terkait pengobatan anaknya," katanya.

Ia mengemukakan, penyakit "atresia bilier" selama ini memang masih terdengar asing bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama masyarakat awam sehingga penanganannya seringkali terabaikan.

"Setelah Bilqis marak diberitakan media, baru diketahui bahwa penderita `atresia bilier` di Indonesia ternyata cukup banyak dan membutuhkan penanganan secara tepat dan cepat," katanya.

Ia mengakui, Bilqis termasuk beruntung karena dibantu oleh banyak pihak sedangkan di sisi lain masih banyak "Bilqis-Bilqis" yang belum mendapatkan perawatan karena terkendala dana.

"Perawatan untuk penderita `atresia bilier`, baik sebelum maupun sesudah operasi cangkok hati, memang membutuhkan biaya sangat besar mengingat prosesnya harus dilakukan secara berkelanjutan," katanya.

Ia juga mengaku sempat menyarankan kepada keluarga tersebut untuk mencari dukungan donatur dengan penggalangan dana lewat situs jejaring sosial seperti "facebook".

"Namun kenyataannya memang masih banyak masyarakat yang belum memahami arti penting sebuah perkembangan teknologi," kata Dewi yang juga istri Doni Ardianta Passa (33) tersebut.
(U.PK-ZLS/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010