Jakarta (ANTARA) - Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet menyarankan Pemerintah Indonesia agar memperdalam pasar keuangan domestik guna mengurangi sentimen negatif dari kabar Presiden AS Donald Trump yang positif terjangkit COVID-19.

"Dalam jangka panjang, kita perlu menjadikan kasus positif COVID-19 Trump ini sebagai batu pijakan dalam membuat kebijakan untuk memperdalam pasar keuangan, khususnya pasar saham di Indonesia," kata Yusuf saat dihubungi di Jakarta, Sabtu.

Selama pasar keuangan tidak dikelola dan diisi oleh investor-investor domestik, lanjut dia, maka sentimen-sentimen kecil yang terjadi di luar negeri dapat dengan mudah menjadikan pasar keuangan di Indonesia menjadi sangat volatile.

Baca juga: OJK: Investor pasar modal tumbuh meski ada sentimen negatif

Diketahui, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada perdagangan akhir pekan ini terkoreksi seiring kabar positif Corona Donald Trump dan isterinya.

IHSG ditutup melemah 43,36 poin ke posisi 4.926,73 atau 0,87 persen. Sementara indeks LQ45 atau kelompok 45 saham unggulan bergerak turun 1,34 persen atau 10,19 poin menjadi 750,86.

"Kendala pasar keuangan memang menjadi salah satu pekerjaan rumah," kata Yusuf.

Dia juga menyarankan Pemerintah Indonesia untuk melakukan semacam mitigasi awal jika seandainya kondisi Trump kian memburuk—yang kemudian mendorong wakilnya Mike Pence untuk mengambil alih kebijakan sementara.

Baca juga: Kemenkeu RI-AS perkuat pembiayaan infrastruktur dan pasar keuangan

Ketika pucuk kebijakan Amerika Serikat diambil alih sementara, maka perlu ada semacam konsolidasi kebijakan di dalam negeri baik itu politik maupun ekonomi untuk mengantisipasi apakah Mike Pence nantinya akan melanjutkan kebijakan perundingan negosiasi dagang dengan China, atau justru akan mendorong ekonomi menuju ketidakpastian baru.

Kabar Trump positif COVID-19 ini juga dapat menjadi semacam refleksi bagi Pemerintah Indonesia untuk selalu meningkatkan upaya penanggulangan kesehatan mengingat angka kasusnya di dalam negeri belum menunjukan penurunan.

"Ini mengirim semacam pesan bukan hanya kepada Indonesia, tetapi seluruh dunia bahwa COVID-19 tidak memilih siapa yang akan terjangkit. Bahkan Presiden Amerika Serikat negara adidaya saja bisa terkena," tutup Yusuf.

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020