Surabaya (ANTARA News) - Direktur Utama (Dirut) PT Perusahaan Listrik Negara atau PLN (Persero) Dahlan Iskan mengakui tujuh proyek PLN di Jatim "macet" (tidak berfungsi).

"Di Jatim ada tujuh proyek yang macet dan hal itu terjadi sejak enam tahun lalu, sehingga listrik pun sering mati," katanya di Surabaya, Jumat.

Didampingi Direktur SDM dan Umum PT PLN (Persero) Eddy D. Erningpraja, CEO Jawa Pos Grup tersebut mengemukakan hal itu setelah menandatangani nota kesepahaman PLN, ITS, dan Unibraw.

Menurut orang nomor satu di BUMN kelistrikan itu, pasokan listrik di Jawa itu berlebih hingga 7000 megawatt (MW), karena itu listrik di Jawa tidak seharusnya "byar-pet" (mati).

"Saya coba selidiki di Jatim, ternyata penyebabnya ada satu transmisi dan enam gardu listrik yang pembangunannya macet sejak enam tahun lalu," katanya.

Hal itu, katanya, membuktikan masalah kelistrikan di Jawa itu bukan soal pasokan, melainkan soal jaringan distribusi yang tidak beres, seperti tujuh proyek PLN di Jatim yang "macet" itu.

"Misalnya, listrik di Surabaya yang mati, karena pasokan listriknya melalui jaringan di Paiton yang melintasi Grati, Waru, dan akhirnya ke Surabaya, sehingga bila terjadi gangguan di Waru, maka Surabaya timur pun padam," katanya.

Ia pun menanyakan kepada sejumlah manajer PLN di Jatim, ternyata mereka mengaku hal itu dapat diatasi dengan membuat alternatif distribusi yakni dari Grati yang langsung terhubung ke Surabaya.

"Saya tanyakan, apakah solusi itu tidak pernah dipikirkan, ternyata mereka menjawab sudah. Lalu, saya tanya lagi, kenapa tidak ada perubahan. Mereka akhirnya mengaku proyek sambungan distribusi listrik Grati ke Surabaya itu `macet`," katanya.

Setelah diinventarisasi akhirnya diketahui ada tujuh proyek PLN di Jatim yang `macet` yakni sebuah transmisi di Grati dan enam gardu induk, di antaranya gardu induk di Malang, Blitar, Tulungagung, dan Surabaya.

"Di Surabaya juga ada yakni gardu induk 500 KV di Juanda yang bila bangunannya terlalu tinggi akan dilarang pengelola Bandara Juanda, tapi kalau terlalu rendah akan berbahaya, sedangkan kalau ditanam dalam tanah biayanya mahal. Solusinya juga sudah ditemukan yakni digeser ke selatan," katanya.

Ditanya penyebab "macetnya" tujuh proyek PLN di Jatim itu, ia mengatakan mayoritas penyebabnya adalah kontraktor yang minta kenaikan harga dan PLN tidak setuju.

"Karena itu, kami sudah memutuskan untuk menyiapkan dana Rp1 triliun dari dana PLN sendiri dan 40 persen di antaranya dari pinjaman asing," katanya.

Dahlan menjanjikan proyek yang "macet" itu akan mulai dikerjakan lagi pada tiga bulan ke depan.

Dalam nota kesepahaman itu, PLN, ITS, dan Unibraw (UB) akan membuka kesempatan bagi mahasiswa ITS dan Unibraw (UB) untuk bekerja di PLN, memperoleh beasiswa, dan magang.

(T.E011/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010