Baghdad (ANTARA News) - Al Qaida di Irak Jumat mengancam akan membunuh orang-orang yang memberikan suara dalam Pemilu. Mereka juga memberlakukan jam malam ketika jutaan orang berangkat ke tempat-tempat pemungutan suara.

Al Qaida dalam pernyataan dua hari menjelang pemungutan suara Ahad mengatakan, siapapun yang melanggar jam malam akan `menunjukkan dirinya dilaknat Allah dan ... semua jenis senjata Mujahedeen.`

Kelompok itu, yang sebelumnya mengancam akan melakukan sabotase pemungutan suara dan mengklaim bertanggungjawab atas serangan-serangan yang menewaskan ratusan orang di Irak, mengumumkan peringatan setelah serangkaian bom bunuh diri menewaskan puluhan orang.

"Negara Islam mengumumkan...jam malam pada hari pemilihan...dari pukul enam pagi sampai pukul enam sore, di seluruh Irak dan terutama di daerah-daerah Sunni," kata pantau Amerika Serikat SITE seperti yang dikutip dalam pernyataan Internetnya.

"Demi keselamatan warga kami, siapapun yang mengetahui hal ini, beritahukan kepada orang-orang yang tidak tahu dan jaga diri anda selama jam malam," kata terjemahan pesan yang ditempatkan di forum Jihadis.

Abu Omar al-Baghdadi, pemimpin tertinggi Al Qaida, bulan lalu juga mengancam untuk menggagalkan pemilu dengan cara militer.

Pernyataan terakhir kelompok teror itu muncul pada saat pemungutan suara sedang berjalan bagi 1,4 juta warga Irak yang berada di 80 kota di 16 negara.

Menteri Luar Negeri AS, Hillary Clinton, mengatakan pemungutan suara terakhir berjalan baik, dan bahwa Washington akan menindaklanjuti dengan rencana menarik pasukannya dari Irak dalam tempo kurang dari enam bulan.

Para pemimpin keagamaan menggunakan sholat Jumat untuk menganjurkan penduduk memberikan suaranya dan mengawal demokrasi, pada pemilu parlemen kedua sejak ditumbangkannya diktator Saddam Hussein dalam serangan yang dipimpin AS pada 2003.

"Anda harus pergi ke pusat-pusat pemungutan suara karena itu adalah kewajiban anda," kata Sheikh Abdulrahman al-Jorani, imam Sunni pada masjid Al-Hai di pusat kota Baquba, di mana 33 orang tewas dalam tiga serangan bunuh diri pada Rabu.

Sunni diperkirakan akan memberikan suara dalam jumlah besar, yang berlawanan dengan aksi boikot mereka pada pemilu 2005.

Ahmed al-Safi, wakil dari Ayatollah Agung Ali Husseini al-Sistani, ulama tertinggi Syiah di negara itu, mengatakan, pemilu adalah `masalah yang sangat penting untuk menjamin warga Irak bisa menentukan masa depan mereka sendiri.

Perdana Menteri Nuri al-Maliki, kepala persekutuan undang-undang negara Syiah, mengatakan pekan ini dirinya pasti menang.

Dia menghadapi pesaing dari Syiah yang adalah mantan perdana menteri Iyad Allawi, yang mendapat limpahan suara dari Ahmed Fuad, mahasiswa 22 tahun, pada pusat jajak pendekat di Amman, ibu kota Jordania.

"Saya berharap situasinya akan membaik (di Irak), sehingga kami bisa kembali ke negara kami. Kami sudah rindu tanah air," kata Fuad kepada AFP.(H-AK/A043)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010