Jakarta (ANTARA News) - Abdul Rasyid (42) memberi pakan kepada tujuh sapi perah dengan campuran rumput gajah dan daun kaliandra yang telah dicacah di peternakannya di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang, Jawa Timur. Ketujuh sapinya itu melalap cepat setiap cacahan pakan.

Selesai memberikan pakan, oleh satu-satunya karyawan yang membantu Abdul Rasyis, sapi-sapi itu diperah cepat-cepat. Dia harus cepat memerah karena susu segar mesti segera diantar ke penampungan agar kandungan bakteri tidak bertambah banyak.

Dari ketujuh sapi milik Abdul Rasyid itu, lima diantaranya telah menghasilkan susur. "Tiap ekor rata-rata menghasilkan 15 liter susu per hari," kata Rasyid.

Dari usaha perah sapi yang digelutinya sejak 1982, Abdul Rasyid telah memiliki kendaraan, rumah, satu hektare tanah, disamping membiayai kedua anaknya yang kini sedang kuliah farmasi semester 6 dan kelas 3 SMA.

Dalam sebulan, dia memperoleh pendapatan Rp6 juta. Tak heran, dia enggan pindah ke usaha lain.

Berkat kegigihan beternak, dia dan 39 peternak yang tergabung dalam kelompok tani "Andini Mulyo" menerima hibah 61 ekor sapi jenis Fresh Houlstein (FH) dari pemerintah.

Sapi-sapi FH itu didatangkan langsung dari Australia dan sejak kecil telah dirawat khusus sebagai sapi perah. "Katanya sapi itu dapat menghasilkan susu lebih banyak dari sapi lokal di sini," katanya.

Peternak lain, Muriyono, yang sudah memiliki 11 ekor sapi, juga seuntung Abdul Rasyid.  Dia bahkan mempunyai sembilan sapi yang telah menghasilkan susu.

"Dulu saya petani sayur tapi karena harga tidak menentu, saya beralih ke sapi tahun 1992. Mulanya hanya punya satu ekor, tapi saat ini sudah 11 ekor," katanya.

Jejak Muriyono beternak sapi diikuti dua anaknya, sedangkan satu anaknya lagi masih duduk di bangku SMA.

Setiap hari, Abdul Rasyid dan Muriyono bergelut dengan sapi perah bersama ribuan peternak lain di Pujon.

Usai salat subuh, setiap hari, warga Pujon rutin membersihkan kandang dan sapi-sapi yang biasanya penuh kotoran. Begitu bersih, sapi-sapi itu diperah di kandangnya  yang umumnya terletak di belakang rumah.

Mereka memerah susu dalam waktu bersamaan karena penampungan susu segar hanya buka antara 30 menit hingga satu jam, baik pagi maupun sore. Penampungan susu buka setiap pagi 05.00 WIB - 06.00 WIB dan setiap sore 15.30 - 16.30 WIB.

Begitu susu terkumpul di satu atau dua kaleng, peternak langsung membawanya ke penampungan susu.

Siang hari hingga sore sebelum memerah susu, peternak menghabiskan waktu dengan mengambil rumput, membersihkan kandang dan menjaga kesehatan sapi.

Koperasi

Untuk mempermudah usaha ternak sapi perahnya, Abdul Rasyid, Muriyono dan 7.967 peternak lainnya bergabung dalam Koperasi Sinau Andandani Ekonomi (SAE) yang khusus mengelola susu di 10 desa di Kecamatan Pujon.

Ketua Koperasi SAE Abdi Suwono mengatakan, beternak sapi perah adalah mata pencaharian utama warga Pujon. "63 persen dari 13 ribu kepala keluarga di Pujon adalah peternak, 31 persen petani, sedangkan sisanya karyawan dan pedagang." kata Abdi Suwono.

Koperasi SAE berdiri pada 1962, namun baru pada 1975 menjalin mitra dengan pabrik susu milik satu grup usaha besar, sampai kemudian menangguk untung.

"Dulu hanya bisa mengirim susu ke pabrik 160 liter per hari dengan harga Rp90 per liter," kata Abdi.

Kini, koperasi itu mampu mengirimkan 99 ribu liter per hari dengan harga Rp3.115 per liter, sedangkan jumlah sapi yang dikelola para peternak Pujon adalah 24.218 ekor.

Berkat usaha susu, pada 2009, koperasi ini telah memiliki aset Rp45 miliar dan meraih pendapatan usaha Rp173,5 miliar.

Abdi mengatakan, koperasi yang dipimpinnya lebih mengutamakan pelayanan kepada anggota dan tidak mengejar keuntungan lewat sisa hasil usaha (SHU).

"SHU tahun 2009 lalu cuma Rp898 juta. Bisa saja SHU lebih besar lagi, jika kami mengejar keuntungan bisnis, tapi kami kan mengutamakan kebutuhan anggota dibandingkan mengejar keuntungan," kata Abdi.

Tidak hanya menguntungkan peternak, usaha susu sapi ini juga mengangkat usaha pakan ternak jenis konsentrat.

Koperasi itu sendiri telah begitu dipercaya pemerintah, karena berhasil mengelola dengan baik ribuan ekor sapi bantuan pemerintah.  

Aneka penghargaan diperolehnya, tidak saja di tingkat regional tapi juga nasional. (*)

S027/Z002/AR09

Oleh Santoso
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2010