Kolombo (ANTARA News/AFP) - Sekretaris Kementerian Luar Negeri India Nirupama Rao mendesak para pemimpin Sri Lanka membuka sebuah era baru stabilitas setelah perang saudara di negara pulau itu dengan menyatukan minoritas Tamil ke dalam penduduk mayoritas, kata beberapa pejabat, Senin.

Rao, yang sedang dalam kunjungan ke Kolombo, mengatakan kepada Presiden Mahinda Rajapakse bahwa kekalahan pemberontak separaratis Macan Tamil tahun lalu bisa mengarah pada penyelesaian langgeng atas konflik etnik puluhan tahun itu.

Sri Lanka memiliki "peluang bersejarah untuk memulai sebuah proses rekonsiliasi politik dimana semua komunitas di Sri Lanka bisa hidup dalam kedamaian dan keharmonisan," kata Rao dalam sebuah pernyataan.

Rajapakse mencapai kekuasaan pada 2005 dengan janji memperhatikan tuntutan Tamil bagi otonomi lebih luas, namun ia kemudian memerintahkan ofensif militer besar-besaran yang mengalahkan separatis Macan Tamil.

Sejak itu, presiden Sri Lanka itu berjanji melakukan rekonsiliasi, namun ia belum melaksanakan rekomendasi sebuah panel semua partai yang dibentuknya untuk mengatasi masalah minoritas enik Tamil.

Rao menyambut baik langkah-langkah Sri Lanka memberikan kebebasan gerak kepada puluhan ribu pengungsi sipil perang Tamil yang ditahan di kamp-kamp yang dikelola militer.

India, yang memiliki penduduk mayoritas Tamil di negara bagian Tamil Nadu di wilayah selatan, memiliki hubungan kegamaan dan kebudayaan yang dekat dengan Sri Lanka.

Pemerintah Sri Lanka pada 18 Mei mengumumkan berakhirnya konflik puluhan tahun dengan Macan Tamil setelah pasukan menumpas sisa-sisa kekuatan pemberontak tersebut dan membunuh pemimpin mereka, Velupillai Prabhakaran.

Pernyataan Kolombo itu menandai berakhirnya salah satu konflik etnik paling lama dan brutal di Asia yang menewaskan puluhan ribu orang dalam berbagai pertempuran, serangan bunuh diri, pemboman dan pembunuhan.

Macan Pembebasan Tamil Eelam (LTTE) juga telah mengakui bahwa Velupillai Prabhakaran tewas dalam serangan pasukan pemerintah Sri Lanka.

Juga dinyatakan tewas dalam operasi final militer adalah dua deputi Prabhakaran -- pemimpin Macan Laut Kolonel Soosai dan kepala intelijen LTTE Pottu Amman.

Tokoh penting lain Macan Tamil yang juga tewas adalah putra Prabhakaran dan calon penggantinya, Charles Anthony (24), pemimpin sayap politik B. Nadesan dan pemimpin Sekretariat Perdamaian LTTE yang sudah tidak berfungsi lagi, S. Pulideevan.

Presiden Sri Lanka Mahinda Rajapakse telah beberapa kali mendesak pemberontak Macan Tamil menyerah untuk menghindari pembasmian total.

Rajapakse, yang juga panglima tertinggi angkatan bersenjata, juga menolak seruan-seruan bagi gencatan senjata dan menekankan bahwa Macan Tamil harus meletakkan senjata dan mengizinkan warga sipil keluar dari daerah-daerah yang masih mereka kuasai.

Pertempuran antara pasukan pemerintah dan pemberontak LTTE meningkat sejak pemerintah secara resmi menarik diri dari gencatan senjata enam tahun pada Januari 2008.

Pembuktian independen mengenai klaim-klaim jumlah korban mustahil dilakukan karena pemerintah Kolombo melarang wartawan pergi ke zona-zona pertempuran.

Sekitar 15.000 pemberontak Tamil memerangi pemerintah Sri Lanka dalam konflik etnik itu dalam upaya mendirikan sebuah negara Tamil merdeka.

Masyarakat Tamil mencapai sekitar 18 persen dari penduduk Sri Lanka yang berjumlah 19,2 juta orang dan mereka terpusat di provinsi-provinsi utara dan timur yang dikuasai pemberontak. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010