Pariaman (ANTARA News) - Lokasi kuburan massal korban gempa dan tanah longsor di nagari Tandikek, Kecamatan Patamuan, Padang Pariaman, Sumatra Barat (Sumbar), hingga kini baru ditandai dengan tiang pancang kayu, meski sudah direncanakan membangun monumen.

Hingga kini belum ada tanda-tanda dibangun monumen kemanusiaan di tiga korong (kampung, red) yang telah tertimbun tanah dan di dalamnya ratusan korban terkubur dan belum ditemukan jasadnya, kata koordinator masyarakat pengungsi Korong Cumanak, Hermen Tanjung, kepada ANTARA di Patamuan, Kamis.

Korong Cumanak merupakan satu dari tiga kampung yang tertimbun tanah longsor akibat guncangan gempa 7,9 SR pada 30 September 2009 dari perbukitan Gunung Tandikek. Kampung lainnya, Korong Pulau air dan Korong Lubuk Laweh.

Sebanyak 75 warga Cumanak ikut terimbun dan baru 34 jasad korban ditemukan, lalu Korong Pulau Air sebanyak 45 warga tertimbun dan 20 jasad ditemukan serta Korong Lubuk Laweh 132 orang tertimbun sedangkan yang ditemukan hanya 48 orang.

Pencarian para korban yang tertimbun dihentikan setelah 10 hari pasca longsor dan tiga kampung itu ditetapkan sebagai kuburan massal dan dilarang ditempati kembali.

Pemerintah kabupaten setempat berencana membangun tiga monumen kemanusiaan tanda daerah tersebut sebagai lokasi kuburan massal dan tidak boleh didiami lagi oleh penduduknya.

Namun, lima bulan setelah penetapan kuburan massal itu, belum ada tanda-tanda tiga monumen kemanusiaan itu akan dibangun oleh pemerintah daerah setempat.

"Sampai kini baru baru ada tiga kayu yang dipancang, sebagai tanda lokasi pembangunan monumen kuburan massal itu," kata Harmen.

Padang Pariaman merupakan daerah terparah di Sumbar yang terkena dampak gempa 7,9 SR diikuti tanah longsor 30 September 2009, dengan total kerugian materil mencapai Rp8,67 triliun dan menimbulkan korban meninggal sebanyak 456 orang serta 192 orang hilang tertimbun tanah longsor dan belum ditemukan jasadnya.

Kerugian materil terbesar ditimbulkan oleh kerusakan pemukiman masyarakat dengan nilai mencapai Rp7,8 triliun, akibat rusak berat dan robohnya sebanyak 59.693 unit rumah warga, rusak sedang (16.525 unit) dan rusak ringan (15.148 unit). (H014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010