Palu (ANTARA News) - Forum Nosarara Nosabatutu (FNN) Palu menyatakan pihaknya mewaspadai bencana yang mungkin timbul di lokasi pertambangan rakyat Poboya di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

"Kondisi lingkungan di Poboya sudah sangat memprihatinkan sehingga rawan bencana alam, seperti tanah longsor," kata Sekretaris FNN, Safrie Laupa, dalam semiloka penanggulangan bencana di Palu, Senin.

Kondisi lingkungan Poboya saat ini gersang karena pepohonan ditebangi untuk memudahkan pencarian emas.

Di perbukitan Poboya itu terdapat ratusan lubang berdiameter satu meter tempat penambang mencari emas.

Kondisi tersebut tentu saja rawan longsor, apalagi wilayah Palu sering dilanda gempa bumi.

"Karena itu, penanggulangan bencana sejak dini harus dilakukan supaya tidak timbul korban jiwa," kata Safrie.

FNN Batutu sendiri adalah lembaga yang fokus dalam penanganan sebelum dan setelah bencana.

Sebelumnya, Direktur Eksekutif Walhi Sulteng, Wilianita Selviana, menyampaikan aktivitas penambangan emas di Poboya perlu dimoratorium untuk menghindari bencana alam.

"Selain itu, moratorium selama beberapa tahun akan bisa mengembalikan kondisi lingkungan seperti semula," kata Wilianita.

Sejak penambangan emas Poboya marak selama dua tahun terakhir, sudah terdapat delapan korban meninggal dunia akibat tertimbun longsor di lubang dan kecelakaan kerja lainnya.

Beberapa waktu sebelumnya juga dilaporkan lima korban cedera serius akibat tertimbun longsor saat mencari emas.

"Anehnya, pemerintah daerah justru memberikan izin aktivitas penambangan dengan alasan peningkatan kesejahteraan," ujar Wilianita. (R026/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010