Yogyakarta (ANTARA News) - Pameran desain interior bertema "Buka Pintu" mewakili apresiasi kelompok desainer Sarang Semut terhadap ruang baru yang bebas dalam penciptaan desain interior, sekaligus keluar dari dogma ilmu desainer interior di kelas.

"Pameran itu merupakan sebuah upaya untuk mengatakan tidak pada semua gaya desain interior yang telah dipelajari selama ini, seperti gaya minimalis, pop, dan klasik," kata Ketua Panitia Pameran "Buka Pintu" Leonardo Krisna di Yogyakarta, Selasa.

Menurut dia, kelompok desainer Sarang Semut yang beranggotakan 40 mahasiswa Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta angkatan 2007 ini, menggelar pameran "Buka Pintu" di Cafebale Gallery Yogyakarta hingga 19 Maret 2010.

"Mahasiswa memerlukan sebuah media penghubung dengan dunia luar, karena ruang kuliah memiliki keterbatasan dalam banyak hal. Karya yang ditampilkan anggota Sarang Semut mengarah pada konsep ke-Indonesia-an dalam arti luas termasuk dari sisi tradisionalitas," katanya.

Ia mengatakan desainer muda harus bangkit dengan menciptakan gaya-gaya tradisional dari bangsa yang berbudaya ini.

Menurut dia, tradisionalitas itu dihadirkan anggota Sarang Semut melalui judul karya desain interior yang menggunakan kalimat berbahasa Jawa seperti "Beras Kencur", "Jamu Gendhong", dan "Cething Lalindhih".

Kurator pameran, Sumartono mengatakan karya-karya desain interior dari anak-anak muda tersebut merupakan langkah yang patut diapresiasi, meskipun tidak sepenuhnya jelas apakah mereka sedang berpameran seni rupa atau desain interior.

"Karya-karya mereka menarik karena telah keluar dari `penjara` spesialisasi desain interior. Kebiasaan itu akan menjadi pemicu eksperimen lintas batas di kalangan mahasiswa," katanya.
(U.B015/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010