Tanjungpinang (ANTARA News) - Rumah Detensi Imigrasi (Rudenim) Tanjungpinang, Kepulauan Riau (Kepri), Rabu malam kembali menerima tujuh orang imigran gelap asal Afghanistan.

Dua pekan lalu Rudenim Tanjungpinang juga menerima imigran Afghanistan dari daerah lain.

"Malam ini kami menerima imigran Afghanistan sebanyak tujuh orang dari Imigrasi Panjang, Lampung yang ditangkap oleh aparat kepolisian setempat," kata Kepala Rudenim Tanjungpinang, Sugiyo, Rabu malam.

Sugiyo mengatakan, imigran gelap tersebut dibawa dari Lampung menuju Batam dan langsung menuju Rudenim Tanjungpinang dengan menggunakan kapal Baruna Exspress 88 dari Batam.

"Sementara mereka ditempatkan di Rudenim Tanjungpinang sambil menunggu proses selanjutnya setelah berkoordinasi dengan UNHCR (Badan PBB urusan pengungsi-Red)," ujarnya.

Ketujuh imigran asal Afghanistan tersebut adalah, Nima Akbar, Aghan Husein, Muhammad Jafari, Muhammad Ismail, Husein Dad Pewan Ali, Hamid Husein dan Behrouz.

Rudenim Tanjungpinang, sebelumnya menerima sebanyak tujuh imigran asal Irak dan tiga imigran Afghanistan pada hari Senin (8/3) yang ditangkap di Tanjung Balai Asahan, Sumatra Utara.

Pada 6 Maret 2010 Rudenim Tanjungpinang juga menerima 12 imigran asal Afghanistan dari Imigrasi Lampung. Imigran tersebut ditangkap anggota kepolisian Lampung pada bulan lalu.

"Imigran asal Afghanistan tersebut ditangkap karena tidak memiliki paspor dan izin keimigrasian. Namun hingga sekarang status imigran tersebut belum diputuskan apakah sebagai imigran gelap atau pencari suaka," kata Sugiyo.

Imigran yang baru datang tersebut menurut Sugiyo ditempatkan di ruangan tahanan Rudenim dan dipisahkan dengan imigran dari berbagai negara yang sudah terlebih dahulu menghuni Rudenim Tanjungpinang.

"Saat ini ada sebanyak 137 imigran gelap di Rudenim Tanjungpinang yang berasal dari Afghanistan, Sri Lanka, Vietnam dan Irak," ujarnya.

Selain itu menurut dia juga terdapat 11 orang tersangka "ilegal fishing" di Rudenim Tanjungpinang yang berasal dari Vietnam titipan dari Imigrasi Batam.

Imigran Afghanistan bernama Muhammad Jafari (20) mengatakan, dirinya dan keenam temannya berasal dari Wardak, Kabul, Afghanistan.

"Kami meninggalkan Afghanistan karena kami merasa tidak aman dan ingin mencari negara ketiga dimana saja yang bisa menerima kami dan aman," ujarnya.

Sebelum tiba di Indonesia, dia mengatakan terlebih dahulu berada di Kuala Lumpur Malaysia setelah menempuh perjalanan dari Kabul, Afghanistan. (NP/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010