Banda Aceh (ANTARA News) - Muslim At-Thahiri, pimpinan Pondok pesantren (Ponpes/Dayah) Darul Mujahiddin Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh, mengaku dirinya bukan teroris meski sempat dua malam diamankan di Markas Polda (Mapolda) Aceh di Banda Aceh.

"Saya di Mapolda hanya untuk dimintai keterangan, karena saya bukan teroris. Saya yang mengantarkan Tgk Mukhtar untuk menyerahkan diri ke aparat kepolisian," tegasnya kepada wartawan yang ditemui di komplek Masjid Raya Banda Aceh, Jumat.

Tgk Muslim At-Thahiri bersama Tgk Mukhtar diamankan di Mapolda yang sebelumnya menyerahkan diri ke aparat kepolisian Polres Lhokseumawe, pada Selasa (17/3). Pihak kepolisian menetapkan Tgk Mukhtar sebagai salah seorang tersangka terkait jaringan terorisme.

"Penyidik Polri hanya memintai keterangan dari saya terkait dengan keterlibatan Mukhtar yang pernah menjadi santri di Dayah Darul Mujahiddin Kota Lhokseumawe. Kalau saya teroris, untuk apa Mukhtar saya serahkan kepada polisi," jelasnya.

Muslim mengaku dirinya siap kapan saja dipanggil aparat kepolisian untuk dimintai keterangan. "Kalau saya teroris maka tidak mungkin bisa berada di Aceh dan juga tidak mungkin membujuk dan mengantarkan Mukhtar ke kantor polisi," tambahnya.

Akan tetapi, Muslim mengaku mengenal sejumlah nama yang kini masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) polisi seperti Abu Rimba yang telah menyerahkan diri ke Mapolres Aceh Besar dan Abu Rincong.

"Mereka saya kenal saat latihan relawan kemanusiaan yang dilaksanakan di pesantren kami. Latihan itu sebagai persiapan yang akan diberangkatkan ke Palestina," tambahnya.

Latihan relawan kemanusiaan yang akan dikirim ke Palestina selama tiga hari di Dayah Darul Mujahiddin itu berlangsung pada April 2009.

Latihan tersebut kerja sama dengan Front Pembela Islam (FPI) untuk relawan kemanusiaan Palestina, bukan untuk perang.

FPI merekrut sekitar 100 orang untuk berlatih di Dayah yang dipimpin Tgk Muslim tersebut. Dari seratus itu, sebanyak 15 orang dikirim ke Jakarta sebelum diberangkatkan Palestina.

Selanjutnya, enam dari 15 yang berangkat ke Jakarta itu direkrut oleh Sofyan, salah seorang tersangka teroris dan sembilan orang kembali ke Aceh. "Yang kembali ke Aceh itu tidak terlibat dalam jaringan teroris," jelas Muslim.

Pimpinan Dayah tersebut juga membantah terhadap anggapan balai pengajiannya sebagai tempat latihan teroris.

"Yang kami ajarkan bukan berjihad untuk angkat senjata, tapi berjihad untuk melawan kebodohan dan hawa nafsu. Jihad terbuka di Aceh namun bukan dengan angkat senjata tetapi melawan kebodohan dan hawa nafsu," katanya.

Dia juga mengharapkan jika ada warga Aceh yang telah telanjur masuk dalam jaringan yang tidak direstui oleh para ulama di Aceh itu untuk menyerahkan diri, sehingga perdamaian di Aceh terus terbina.
(IFL*A042/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010