Surabaya (ANTARA News) - Menteri Pendidikan Nasional (Mendiknas) Mohammad Nuh meminta pelajar dan orang tua untuk jangan percaya tentang adanya bocoran soal dan lembar jawaban untuk Ujian Nasional (UN).

"Jangan percaya ada bocoran soal dan lembar jawaban UN, karena hal itu hanya untuk meraih keuntungan," katanya setelah meninjau kesiapan distribusi soal UN di sejumlah kantor kepolisian di Surabaya, Sabtu.

Di Surabaya, Mendiknas yang didampingi Kepala Disdik Jatim Suwanto dan Kepala Disdik Surabaya Sahudi meninjau kesiapan distribusi soal UN di Mapolwiltabes Surabaya, Mapolsekta Genteng, dan Mapolsekta Gubeng.

Menurut dia, orang yang sibuk mencari bocoran soal UN justru akan mengalami tiga kerugian yakni kehilangan waktu belajar, kehilangan uang untuk membeli bocoran soal, dan kehilangan kepercayaan diri.

"Jadi, dia pasti rugi sendiri, karena pengawasan akan ditingkatkan. Selain itu, mereka yang tidak lulus masih diberi kesempatan ujian ulang yang tahun lalu tidak ada kesempatan itu," katanya.

Secara nasional, katanya, pihaknya sudah siap melaksanakan UN yang tahun ini akan diikuti 6.058.696 pelajar setingkat SMA dan SMP se-Indonesia.

"Dari jumlah itu, ada 65.534 peserta yang merupakan peserta tahun lalu yang mengulang karena tidak lulus. Jadi, ada lima persen pelajar yang tidak lulus pada tahun lalu, tapi jumlah itu masih wajar, apalagi sekarang ada UN ulang, sehingga pelajar yang tidak lulus akan semakin berkurang," katanya.

Ditanya tentang kesiapan dana, ia mengatakan seluruh dana yang dibutuhkan sudah didistribusikan lewat transfer langsung ke pengawas perguruan tinggi, pengawas sekolah di kabupaten/kota, dan satuan penyelenggara.

"Saya sudah cek, ternyata sudah didistribusikan pada Rabu (17/3) lalu. Pelaksanaan UN mulai dari SD, SMP, hingga SMA membutuhkan dana Rp0,5 miliar dengan sekitar 10 juta peserta atau Rp50.000,00 untuk setiap peserta," katanya.

Ia menambahkan, pihaknya telah mengecek kesiapan UN pada tiga titik yang rawan bocor yakni penggandaan soal di percetakan, distribusi soal UN ke daerah-daerah, dan distribusi lembar jawaban UN.

"Penggandaan soal di percetakan sudah sesuai SOP, karena siapa pun yang masuk percetakan dilarang bawa handphone, kegiatannya direkam dengan CCTV, dan proses pemusnahan soal yang gagal cetak," katanya.

Sementara distribusi juga sudah sampai ke tingkat Polsek/Polsekta, sehingga hari H (hari pelaksanaan) akan terdistribusi, kemudian lembar jawaban juga akan diawasi agar tidak singgah ke tempat tertentu.

"Yang jelas, hasil UN tidak akan semata-mata sarana mengukur kualitas lulusan, tapi hasil UN juga akan dapat menjadi peta daerah yang perlu perbaikan untuk bidang studi UN," katanya.(ANT/A038)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010