Bandung (ANTARA News) - Sebanyak 7 000 rumah penduduk di Kecamatan Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang Kabupaten Bandung masih terendam banjir luapan Sungai Citarum, Selasa.

Banjir juga masih menggenang di Solokanjeruk dan Rancaekek Kabupaten Bandung, sebagian besar genangan merendam areal persawahan.

"Secara umum genangan di Bandung sudah mulai surut. Namun hujan di kawasan Bandung raya masih terjadi sehingga banjir di Baleendah dan Dayeuhkolot khususnya, masih belum juga surut," kata Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, Mudjiadi di Bandung.

Aliran sungai Citarum di kawasan banjir Baleendah, Dayeuhkolot dan Bojongsoang masih di atas normal dengan membawa lumpur pekat.

Berdasarkan pantauan, warga masih mengungsi di tempat yang lebih tinggi, sebagian ada yang tinggal di lantai dua rumah mereka meski sempat terkepung banjir dalam empat hari terakhir ini.

Puncak luapan Citarum terjadi pada Sabtu (19/3) dengan luasan genangan yang lebih besar dibandingkan banjir-banjir sebelumnya.

Warga korban banjir terutama warga Kelurahan Baleendah, Andir, Bojongmalaka mengungsi ke gedung serba guna, mesjid, rumah warga hingga di tenda-tenda, termasuk tenda darurat dari plastik dan terpal.

Makanan untuk pengungsi dipasok dari beberapa dapur umum yang didirikan di sekitar lokasi banjir. Bantuan obat-obatan dan logistik juga terus mengalir, termasuk sarung, tikar, selimut dan pakaian layak pakai.

Sedangkan warga yang sudah kembali ke rumahnya, disibukkan dengan membersihkan lumpur yang tebal di rumah mereka. Sebagian lainnya tetap memilih tinggal di pengungsian sambil menunggu banjir benar-benar surut dari rumah mereka.

"Entah sudah berapa kali membersihkan rumah pascabanjir, eh setelah dua hari tinggal di rumah, banjir datang lagi. Jelas kami lebih lama mengungsi," kata Ending, warga Kelurahan Andir.

Sementara itu perahu kecil dan perahu karet disiagakan di lokasi banjir.

Banjir di Baleendah juga menggenangi sejumlah jalan raya sehingga akses ke kota Bandung sempat terhambat dan terjadi kemacetan khususnya pada pagi dan sore hari.

Sejumlah pengungsi juga mengeluhkan sakit flu dan gatal-gatal sehingga Dinkes Bandung dan PMI membuka Posko kesehatan di dekat pengungsian sehingga warga yang membutuhkan pelayanan kesehatan tidak perlu jauh-jauh.

Kepala BBWS Citarum Mudjiadi mengakui kandungan lumpur di aliran Citarum, sudah dalam kondisi pekat yang parah, akibar sedimentasi atau endapan yang terlalu banyak.

"Berdasarkan pemantauan, dalam 1,5 tahun terakhir ini endapan di Citarum mencapai 150 centimeter hingga 200 centimeter. Sangat tinggi. Hal itu jelas karena masih banyaknya areal daerah tangkapan yang gundul, beralih fungsi jadi kebun sayur," kata Mudjiadi.
(S033/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010