Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah akademisi asal Perancis membagi pengalaman soal pengelolaan eco-cultural heritage di negaranya yang mampu meningkatkan perkembangan sektor pariwisata negara pusat mode itu.

"Pariwisata dikembangkan juga seiring dengan upaya preservasi heritage baik yang bersifat tangible ataupun intangible. Kita perlu belajar dari Perancis yang concern terhadap culture and heritage," kata Direktur Jenderal Pemasaran Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Sapta Nirwandar, di Jakarta, Selasa.

Eco-cultural heritage adalah pembangunan kebudayaan dan tradisi lokal yang berbasis pada ekologi lingkungan masyarakat dengan harapan mampu menumbuhkan sektor pariwisata secara tidak langsung dan mengimbas pada pertumbuhan ekonomi.

Ia mengatakan, Perancis adalah negara tujuan pariwisata terbesar dengan jumlah kedatangan turis mencapai 85 juta orang/tahun, padahal jumlah penduduk negara itu hanya berkisar 55 juta orang.

Perancis, menurut dia, juga merupakan negara yang sangat menaruh perhatian terhadap preservasi budayanya hingga dapat dijadikan destinasi pariwisata yang menarik.

Ia berpendapat, pada dasarnya Indonesia memiliki banyak sekali potensi wisata culture dan heritage yang dapat dikembangkan di luar candi.

Sementara itu, Culture Consuller Kedutaan Besar Perancis, Stephane Foin, mengatakan, hubungan antara Indonesia dan Perancis selama ini dalam berbagai hal telah terjalin dengan baik.

Terkait dengan eco-cultural heritage, ia mengatakan, di Perancis, segala hal yang terkait dengan pengembangan budaya dan pariwisata sangat tergantung pada pemerintah daerah.

Sampai saat ini, Perancis merupakan salah satu target pasar pariwisata Indonesia dan pada 2009 sebanyak 138.000 turis Perancis melancong ke Indonesia.

Sapta Nirwandar menyatakan optimistis jumlah kunjungan wisman Perancis ke Indonesia bakal mencapai 200.000 orang sepanjang tahun ini.
(H016/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010