Makassar (ANTARA News) - Berbagai survei terkait peluang kandidat ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di Muktamar NU ke-32 di Makassar dinilai tidak logis, bahkan ditengarai untuk menggiring opini peserta muktamar.

Penilaian tersebut dikemukakan Wakil Sekretaris Jenderal PBNU Syaiful Bahri Anshori dan kader muda NU Hanif Dhakiri di sela-sela muktamar di Asrama Haji Sudiang Makassar, Jumat.

"Survei itu siapa respondennya? Jangan-jangan tidak siapa-siapa, atau bukan peserta muktamar. Harus diuji dulu, apakah hasil hasil survei itu benar," kata Syaiful Bahri.

Dikatakannya, mayoritas peserta muktamar cenderung menutupi pilihannya kepada publik, apalagi kepada lembaga survei.

"Bisa saja itu survei dibuat-buat untuk memengaruhi pemilih," kata mantan ketua umum Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) tersebut.

Syaiful Bahri mengimbau peserta muktamar tidak menjadikan hasil survei sebagai acuan dalam memilih pemimpin NU, namun harus menilai secara obyektif kemampuan figur pemimpin yang sesuai dengan kebutuhan NU saat ini.

Secara terpisah Hanif Dhakiri mempertanyakan validitas hasil survei tersebut, terutama survei yang dilakukan Pusat Kajian Kebijakan dan Pengembangan Strategis (Puskaptis).

"Di mana rasionalitasnya, wong yang ditanya bukan muktamirin yang punya hak suara. Survei pun dilakukan hanya dua hari. Saya mempersoalkan validitas penelitiannya," katanya.

Sebelumnya, lembaga survei Trust Indonesia mengumumkan, berdasar survei mereka terhadap 100 responden, KH Sahal Mahfudh unggul dalam memperoleh dukungan sebagai rais aam PBNU dengan mendapat 49,5 persen, disusul Hasyim Muzadi 24,2 persen, Habib Lutfi bin Yahya 1,1 persen, dan KH Maimun Zubair 5,3 persen. Sedangkan responden yang tidak menjawab sebesar 20 persen.

Sementara itu Puskaptis juga merilis hasil surveinya yang menempatkan KH Salahuddin Wahid (Gus Sholah) pada posisi teratas dengan dukungan warga NU 86,15 persen, disusul Ali Maschan Moesa dengan 4,62 persen, KH Masdar Farid Masudi dan KH Said Aqil Siradj masing-masing memperoleh 3,08 persen dan 1,54 persen. Kandidat lain, Ahmad Bagdja dan Slamet Effendi Yusuf mendapat 0,00 persen.

"Hasil survei seperti ini, di mana rasionalitasnya," kata Hanif yang juga sekretaris Fraksi PKB DPR RI itu.

(S024/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010