Bogota (ANTARA News/Reuters) - Seorang anak sekolah yang membawa sebuah bom buatan pemberontak tewas ketika bom itu meledak sebelum ia mencapai pos polisi sasarannya, menandai penggunaan anak yang belum pernah terjadi dalam serangan bom di Kolombia.

Bom itu meledak sebelum ia mencapai pos polisi, kata pihak berwenang setempat.

"Bom anak. Mengerikan. Menjijikkan," kata Antonio Navarro, gubernur provinsi Narino, pada televisi setempat. "Kami benar-benar sangat sedih, tapi juga sangat marah," ujarnya.

Komandan penting militer Kolombia, Freddy Padilla, menyalahkan indiden Jumat itu pada pemberontak yang menjalankan perdagangan obat bius, yang memerangi pemerintah sejak 1960-an atas nama sosialisme.

Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia, atau FARC, telah meningkatkan serangan dalam unjuk kekuatan sebelum pemilihan presiden, Mei. Pemerintah menyalahkan FARC atas bom mobil di kota Nuenaventura di pantai Pasisik, Rabu, yang menewaskan sembilan orang.

Pemberontak itu dengan musuh mereka, paramiliter sayap kanan, secara tetap dicela karena melanggar hukum kemanusiaan internasional dengan menggunakan anak-anak sebagai petempur, tapi bukan sebagai pembom.

"Ini menghebohkan, bahkan menurut ukuran Kolombia," tegas Markus Schultz-Kraft, pengamat kelompok pemikir International Crisis Group yang tinggal di Bogota. Menurut dia, mereka telah menyaksikan FARC mengirim bom ke berbagai sasaran, tapi "saya belum pernah mendengar anak digunakan seperti ini di Kolombia".

Pemilihan presiden Mei mendatang diperkirakan memang akan sengit, dengan calon terkuat bekas menteri pertahanan Juan Manuel Santos, yang melukiskan dirinya sebagai "elang perang". Ia, jika terpilih, akan menggantikan Presiden Alvaro Uribe yang terkenal karena tindakan kerasnya terhadap pemberontak dan kartel obat bius.

Kolombia telah menerima miliaran dolar bantuan AS dan dianggap oleh Washinton sebagai "penyangga" terhadap pemerintah sayap kiri di tetangga, Venezuela dan Ekuador.
(Uu.S008/H-AK/P003)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010