Jambi (ANTARA News) - Petani sawit di lahan plasma PT Tunjuk Langit Sejahtera (TLS) di Desa Teluk Rendah, Kecamatan Tebo Ilir, Kabupaten Tebo, Jambi, bentrok dengan aparat Brimob terkait sengketa antara lahan dengan PT TLS.

M Najmi, salah seorang warga Teluk Rendah ketika dihubungi Kamis mengatakan, bentrokan bermula ketika lima mobil petani yang mengangkut hasil panen sawit keluar dari lahan plasma milik PT TLS, dihentikan oleh aparat.

Saat mobil tersebut berada di kawasan Simpang Teluk Rendah tepat di depan pos jaga aparat Brimob, kelima mobil berisikan sawit dihentikan untuk dicek surat-suratnya.

"Setelah di cek, katanya mobil tidak boleh keluar. Alasannya surat-suratnya tidak lengkap. Padahal, sesuai keputusan DPRD Provinsi Jambi terkait masalah ini, petani diperbolehkan menjual sawitnya ke pihak lain selain PT TLS dengan persetujuan kepala desa setempat. Petani sudah mengantongi izin tersebut, namun tetap ditahan," ujarnya.

Warga kemudian melaporkan kejadian tersebut ke petani lainnya yang berada di dalam kawasan.

Ratusan petani pun berkumpul di depan pos jaga Simpang Teluk Rendah. Warga yang kesal kemudian melemparkan batu dan kayu ke arah aparat yang diperkirakan berjumlah 17 orang. Bentrokan pun pecah.

"Bahkan aparat mencoba menembak kami, tak terhitung berapa jumlah tembakannya. Bahkan teman kami ada yang sempat kena tembak," katanya.

Korban yang dikabarkan terkena tembakan bernama Maspari dan sekarang ia telah divisum dan dirawat di Puskesmas Sungai Bengkal karena mengalami luka di bagian lengan kiri.

"Kami belum tahu harus bagaimana, nyatanya permasalahan ini terus terjadi dan sudah bertahun-tahun," ujar Najmi.

Dihubungi terpisah, Kapolres Tebo AKBP Arifin membenarkan terjadi bentrokan bentrokan itu, namun ia membantah ada seorang petani yang tertembak.

"Tidak ada petani yang terkena tembakan, kami sudah mengecek ke Puskesmas Teluk Rendah, korban bukan karena tertembak namun tangannya memar karena jatuh," ujarnya.

Menurut Arifin, kejadian bermula saat anggota jaga dari Brimob Tebo mengecek pengangkutan sawit. Mobil pengangkut yang sudah dicek sebenarnya diperbolehkan lewat, namun warga yang sudah terbawa emosi tiba-tiba datang membawa batu dan melempari pos jaga.

Mendengar adanya laporan tersebut, Kapolres Tebo bahkan sampai meminta bantuan dari Polres Kabupaten Batanghari.

Menurut Arifin, aparat jaga mengeluarkan tembakan peringatan ke udara karena kondisi semakin memanas. Warga tidak hanya melempari pos dengan batu, tetapi juga dengan bom molotov dan cuka getah.

Melihat hal tersebut, Arifin menengarai ada indikasi kesengajaan untuk menciptakan bentrokan tersebut. Saat ini jajaran Polres Tebo sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut.

"Saya melihat ada unsur kesengajaan, kedepan dipastikan akan ada yang ditahan. Saat ini kami fokus ke pengamanan dahulu dan untuk sementara belum ada tersangka," tambah Kapolres Arifin.

Permasalah antara petani dengan PT TLS mulai muncul sekitar tahun 2003. Para petani mengklaim utang kepada PT TLS atas bagi hasil pengelolaan lahan sawit plasma telah lunas sejak tahun 2003.

Dalam perjanjian awal, petani diharuskan menjual hasil panennya kepada PT TLS dengan perbandingan 70 persen untuk petani dan 30 persen sebagai kompensasi dari pengelolaan lahan yang dibiayai oleh PT TLS.

Lahan sawit hasil kerja sama antara PT TLS dengan petani menyebar di beberapa kabupaten di Provinsi Jambi, meliputi Kabupaten Tebo, Sarolangun, Tanjung Jabung Barat, Muarojambi, dan Kabupaten Batanghari.

Ribuan petani sebelumnya juga beberapa kali telah melakukan aksi demonstrasi terkait permasalahan yang sama dan mengadukannya ke DPRD Provinsi Jambi dan Gubernur Jambi.

Saat ini, DPRD Provinsi Jambi, Pemprov Jambi dan PT TLS masih dalam tahap pembahasan dan belum menemukan solusi atas masalah tersebut.

(T.KR-BS/E003/S026)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010