Pasuruan (ANTARA News) -Seorang siswa kelas Tiga SMPN 3 Nguling, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur mencoba bunuh diri dengan minum Sprite dan Bodrex  gara-gara orang tua tidak mampu membiayai ke SLTA.

Ainul Basori, Anak pertama pasangan Joko Sastro dan Sumiarni, warga Dusun Karangnongko, Desa Cukurgondang, Kecamatan Grati, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (3/4) ditemukan ambruk di rumah neneknya, Srinama, tidak jauh dari rumahnya.

Di dekatnya ditemukan sisa Sprite dan Bodrek. Ainul Basori kemudian dilarikan ke Puskesmas Grati. Hingga Mingu (4/4) pagi Ainul Basori masih dirawat di Psukesmas dengan jarum infus masih menancap di tangan kirinya.

Ainul Basori yang ditemui di Ruang D Puskesmas Grati, Minggu (4/4) pagi mengugkapkan, tindakan nekatnya itu dilakukan karena putus asa bakal tidak bisa melanjutkan sekolah.

Kedua orang tuanya, Joko Sastro, dan Sumiarni yang ditemui saat menunggi anaknya di Puskesmas Grati mengakui telah memberi tahu agar Ainul untuk tidak melanjutkan lagi sekolah.

Mereka punya tiga anak dan Ainul merupakan anak pertama.Joko Sastro mengakui jika anaknya cukup pintar di sekolahnya. Anaknya juga pernah rangking 2 saat di SMPN Grati.

Namun, untuk menghemat biaya sekolah Ainul kemudian pindah sekolah ke SMPN Nguling berkumpul dengan adik Yuli Nur Aida yang  lokasi sekolahnya lebih dekat dengan rumahnya. Di SMPN 3 Nguling ini adiknya Yuli Nur Aida juga masuk rangking 8

Ainul Basori juga mempunyai ketrampilan melukis, dan ingin menjadi pemain drum band di SMKN yang cukup terkenal di Nguling jika bisa diterima nanti.

Joko Sastro mengugkapkan, ia yang setiap harinya hanya bekerja membuka bengkel sepeda pancal di rumahnya pedapatannya tidak pasti. Setiap hari paling banter hanya mendapat penghasilan antara Rp 15 ribu hingga Rp 20 ribu.

Tiga anak pasangan Joko-Sumiarni adalah Ainul, Yuli Nur Aida, siswi kelas 2 SMPN 3 Nguling, dan David Ainul Yakin, siswa TK .Sumiarni hanya seorang ibu rumah tangga yang kadang-kadang  berjualan ke tukang tebang jika sedang musim tebang tebu.

Mereka mengandalkan  bantuan dana dari Program Keluarga Harapan (PKH). Namun, karena anak usia sekolah setingkat SLTA nantinya bakal tidak mendapat bantuan lagi, maka Joko dan a Sumiarni memutuskan  Ainul tidak melanjutkan sekolah.

Joko dan  Sumiarni mengaku bingung dengan kejadian tersebut. Mereka tidak mampu membiayai cita-cita anaknya dan hanya bisa berharap ada bantuan untuk biaya sekolah Ainul.(KR-MSW/A038).

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2010