Banjarmasin (ANTARA News) - Staf ahli Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata bidang Pranata Sosial, Surya Yuga, mengatakan, sangat prihatin dengan perkembangan budaya anarkis yang menimpa sebagian warga di beberapa daerah di Indonesia.

Hal itu disampaikan Surya pada pembukaan Kongres ke-2 Budaya Banjar di Banjarmasin, Kalimantan Selatan (Kalsel), Minggu yang diikuti oleh ribuan warga Banjar dari Kalsel maupun yang tinggal di luar provinsi ini.

"Perkembangan budaya anarkis, bertingkah laku tidak santun dan budaya tidak toleran saat ini sudah sangat memprihatinkan," kata Surya.

Dengan demikian, kata dia, upaya menumbuhkan kembali kecintaan terhadap budaya daerah menjadi salah satu cara yang cukup ampuh untuk menangkal perkembangan budaya kekerasan tersebut.

Menurut dia, Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata mendukung penuh diselenggaraknnya Kongres ke-2 Budaya Banjar dengan tema "Manahapi Budaya Banjar Gasan Sasangga Banua" atau menguatkan budaya Banjar untuk tiang kemajuan daerah.

Diharapkan, kata dia, dalam kongres budaya Banjar kali ini, akan melahirkan pemikiran dan masukan untuk kemajuan budaya daerah bagi perkembangan bangsa.

"Saya sangat berharap, dengan adanya kongres ini akan mampu memberikan kontribusi terhadap pembangunan kebudayaan dalam membentuk karakter bangsa yang multikultural," katanya.

Dengan budaya daerah ini, kata dia, diharapkan akan mampu menangkal dampak globalisasi budaya terutama yang menerpa kalangan muda.

Harapan yang sama disampaikan Gubernur Kalsel Rudy Ariffin yang mengatakan dalam kongres budaya Banjar kali ini diharapkan juga melahirkan ketentuan yang mampu memberikan arah terhadap perkembangan budaya Banjar.

Pada kongres budaya banjar pertama dengan tema "Mengangkat Batang Tarandam" kata dia, telah melahirkan tiga perda antara lain yaitu setiap sekolah wajib menjadikan budaya Banjar sebagai muatan lokal.

Diharapkan pada kongres kedua dengan tema tersebut di atas akan mampu menumbuhkan rasa cinta terutama bagi generasi muda terhadap budaya Banjar.

Dengan kecintaan tersebut, kata dia, diharapkan segala pengaruh globalisasi bisa ditangkal dengan kebudayaan yang tetap menjunjung tinggi norma-norma susila.

Pada pembukaan kongres yang juga diikuti oleh warga Banjar yang tinggal di seluruh Indonesia dan luar negeri, diawali dengan kirap budaya yang diikuti oleh Gubernur Kalsel Rudy Ariffin.

Berbagai macam musik yang kini telah langka dan sulit ditemukan kembali ditampilkan dalam acara tersebut. Begitu juga dengan barbagai macam pakaian dan tarian khas Banjar.

Berbagai tarian khas Banjar antara lain adalah arak-arakan sinoman hadrah yang biasanya ditampilkan untuk menyambut tamu kebesaran.
(T.U004/R009)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010