Madrid (ANTARA News/Reuters) - Kelompok separatis Basque ETA menyatakan, Minggu, polisi Prancis memulai tembak-menembak bulan lalu yang mengarah pada kematian salah seorang aparat mereka.

Menurut kelompok gerilya itu, polisi memulai insiden itu dengan melepaskan tembakan ke arah seorang militan ETA yang berbaring di tanah dan tidak bersenjata.

Jean-Serge Nerin diyakini sebagai polisi pertama yang terbunuh oleh ETA di Prancis, dimana kelompok itu menyimpan senjata dan menyembunyikan anggota-anggota mereka yang melintasi perbatasan ke Spanyol untuk melakukan serangan-serangan pemboman dan penembakan.

"Mereka terlebih dulu menembaki (seorang anggota ETA) yang berbaring dan tidak bersenjata," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di surat kabar Basque Gara.

ETA sejauh ini berusaha menghindari konfrontasi langsung dengan pasukan Prancis dalam operasi bersenjata mereka.

Kelompok separatis itu menyatakan, mereka tidak berniat membunuh Nerin yang tewas ketika ia menyergap anggota-anggota ETA yang mencuri mobil di sebuah daerah pinggiran dekat Paris.

"Militan ETA melepaskan sembilan tembakan, polisi Prancis melepaskan tembakan yang lebih banyak lagi," kata pernyataan ETA itu.

Kematian Nerin itu membuat Presiden Prancis Nicolas Sarkozy menegaskan lagi tekadnya untuk melenyapkan pangkalan-pangkalan ETA di negara tersebut.

ETA, yang dianggap sebagai organisasi teroris baik oleh Uni Eropa maupun AS, ingin mendirikan sebuah negara Basque merdeka yang wilayahnya mencakup Spanyol utara dan Prancis baratdaya.

Kelompok separatis itu hari Rabu (17/3) dituduh membunuh seorang polisi dalam tembak-menembak di dekat Paris, Selasa (16/3), serangan mematikan pertama oleh kelompok bersenjata itu terhadap seorang aparat Prancis dalam operasi gerilya mereka yang telah berlangsung lebih dari 40 tahun.

Perdana Menteri Francois Fillon mengumumkan bahwa polisi itu telah menjadi korban "pembunuhan berdarah dingin oleh sebuah kelompok teroris", dan ia berjanji memburu orang-orang yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.

Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 41 tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utara dan Perancis baratdaya.

ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahas Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni 2009, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 800 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun.

Pemerintah Sosialis Perdana Menteri Jose Luis Rodriguez Zapatero menghentikan perundingan perdamaian dengan ETA setelah pemberontak tersebut membunuh dua orang dalam serangan bom mobil di bandara Madrid pada Desember 2006. (M014/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010