Sanur (ANTARA News) - Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mencela dinamika demokrasi prosedural yang berwajah liberalistik dan kapitalistik yaitu hanya menjadikan partai sebagai penjual "tiket kekuasaan".

"Partai berfungsi hanya sekadar penjual tiket kekuasan, lalu hubungan politik dengan rakyat tergerus, komunikasi rakyat dengan elite menjadi hubungan transaksional, mengandalkan pola untung rugi, mendewakan hanya materi belaka," tandasnya dalam Pidato Pembukaan Kongres Ke-3 PDI Perjuangan di Hotel `Ina Grand Bali Beach`, Sanur, Bali, Selasa.

Megawati lalu menyatakan, ia sering menertawakan dirinya, menyaksikan apa yang terjadi selang lima tahun terakhir dalam proses demokrasi di negeri ini.

"Saya sering menertawakan diri saya, bagaimana ada suatu partai baru dengan serta merta naik 300 persen, " katanya sembari melemparkan senyum penuh arti.

PDI Perjuangan, menurutnya, juga berkeinginan seperti itu, tapi dengan cara-cara lebih bermartabat serta terhormat.

"Menang secara terhormat, kalah secara bermartabat," tegasnya lalu disambut aplaus lebih 1.000 kader mewakili DPC dan DPD PDI Perjuangan seluruh Indonesia yang menghadiri kongres hingga 9 April mendatang tersebut.

Megawati kemudian menunjuk sejumlah problem akibat dihalalkannya demokrasi prosedural yang manipulatif selama ini seperti kemerosotan militansi, munculnya pertimbangan untung rugi, dan menguatnya spirit pragmatisme, transaksional untuk kepentingan individual berjangka pendek.

"Akibatnya, semua ini menghasilkan rezim politik yang cenderung mengandalkan metode menghalalkan berbagai cara," tandasnya.

Menyadari itu, Megawati menilai, semua partai, terutama PDI Perjuangan sangat perlu serta urgen untuk menyediakan instrumen bagi terselenggaranya ideologi Pancasila yang dapat bekerja dalam institusi kekuatan-kekuatan politik tersebut.

"Ini penting, agar ideologi Pancasila ini dapat menjadi karakter politisi partai. Kita dituntut kembali bergotongroyong sebagai akar ideologi bangsa kita, bermusyararah bermufakat sebagai inti berpolitik Indonesia untuk kepentingan rakyat," tandasnya.

Hanya dengan begitu, demikian Megawati Soekarnoputri, kita bisa meninggalkan watak manipulatif berulang di Pemilu 2015.

Menurut Megawati, demokrasi prosedural yang sekarang berlangsung merupakan kutukan ideologi liberal individual yang hanya melahirkan pemenang dan pecundang, tidak memberi sesuatu yang lebih bermakna yang dibangun oleh dengan keutamaan kolektivitas dan digerakkan oleh musyawarah untuk mufakat.
(M036/B010)

Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010