Washington (ANTARA News/AFP) - Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton berjanji mempertahankan peran stabilisator Amerika Serikat (AS) bagi negara-negara sekutunya setelah keluarnya kebijakan baru Gedung Putih tentang penggunaan senjata nuklir.

"Selama puluhan tahun, daya tangkal nuklir Amerika Serikat telah mencegah penyebaran nuklir dengan memberikan sekutu-sekutu non-nuklir kami di NATO, Pasifik, dan di mana saja, ketenteraman dan keamanan," katanya kepada pers di Washington DC, Selasa.

"Kebijakan-kebijakan yang ditampilkan dalam peninjauan kembali ini memungkinkan kami untuk melanjutkan peran stabilisator itu," katanya.

Sejak berakhirnya Perang Dunia II, AS berkomitmen memberi perlindungan nuklir kepada sekutu utamanya, seperti Jepang, Korea Selatan, dan negara anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Dalam kebijakan barunya itu, AS berjanji tidak akan menggunakan senjata nuklirnya terhadap negara-negara non-nuklir yang mematuhi Perjanjian Non-Proliferasi (NPT).

Menteri Pertahanan AS, Robert Gates, mengatakan NATO akan memutuskan postur nuklirnya tapi NATO tetap mempertahankan satu komponen nuklir.

"Sepanjang ada senjata nuklir yang mengancam NATO, Pakta ini harus mempertahankan kemampuan nuklirnya," kata Gates.

Menlu Hillary Clinton mengatakan terserah kepada NATO untuk memutuskan perubahan terhadap postur nuklirnya.

"Kami perjelas bahwa perubahan apapun dalam postur nuklir NATO harus diputuskan setelah dilakukan peninjauan seksama dan diputuskan aliansi ini," katanya.

Dalam pertemuan dengan para diplomat dari sejumlah negara di Kementerian Luar Negeri AS, Menlu Clinton mengatakan "ancaman terorisme nuklir" adalah sesuatu yang "sangat nyata".

"Kita tetap menyaksikan upaya-upaya jaringan kerja terorisme mendapatkan akses terhadap bahan radiologi nuklir di seluruh dunia," katanya.

Karena itu, pemerintah di setiap negara harus melawan ancaman nuklir kelompok teroris, katanya.

Berkaitan dengan kebijakan baru AS itu, Sekjen PBB Ban Ki-moon menyambut hangat kebijakan yang disebutnya sebagai "inisiatif yang tepat waktu".

Ia mengharapkan inisiatif baru Presiden Barack Obama tersebut menjadi momentum positif menjelang diselenggarakannya KTT keamanan nuklir di Washington DC pekan depan dan konferensi tentang peninjauan NPT di Markas PBB Mei mendatang.

Selain menjadi tuan rumah KTT keamanan nuklir di Washington DC pada Senin dan Selasa mendatang, AS juga terlibat dalam perundingan dengan Rusia tentang perjanjian baru yang disebut Obama akan "secara signifikan mengurangi senjata nuklir" kedua negara.

Konferensi tentang peninjauan NPT diselenggarakan sekali dalam lima tahun sejak perjanjian bersejarah yang kini ditandatangani 189 negara itu diratifikasi pada 1970.

Konferensi NPT terakhir diselenggarakan pada Mei 2005 tanpa menghasilkan kesepakatan apapun di antara para pesertanya. (R013/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010