Yogyakarta (ANTARA News) - Rencana pemerintah menaikkan tarif dasar listrik pada Juli 2010 akan memberatkan kalangan industri yang berorientasi ekspor karena membengkakkan biaya produksi, kata Ketua Asosiasi Pengusaha Mebel Indonesia (Asmindo) Daerah Istimewa Yogyakarta, Yuli Sugianto.

"Nilai tukar rupiah yang terus menguat terhadap dolar AS sudah tidak menguntungkan para pengekspor, masak akan dibebani lagi dengan kenaikan tarif dasar listrik (TDL)," katanya, di Yogyakarta, Rabu.

Ia mengatakan jika pemerintah memaksakan diri menaikkan TDL pada Juli 2010 maka kalangan industri berorientasi ekspor bakal menderita kerugian karena biaya produksi semakin melonjak.

Kenaikan TDL, katanya, akan menambah biaya produksi dan menimbulkan serangkaian dampak lain yang menyebabkan barang Indonesia semakin mahal sehingga tidak memiliki daya saing di pasaran.

Ia meminta pemerintah meninjau kembali rencana menaikkan TDL pada Juli 2010 karena banyak pengusaha yang merasa belum siap mengatasi dampaknya. "Kami berharap pemerintah harus berhati-hati dalam menaikkan TDL karena dampak yang muncul akan besar," katanya.

"Kami menyadari PLN butuh biaya besar dalam menyediakan energi listrik, namun sekarang belum saatnya TDL dinaikkan. Pemerintah harus melihat waktu yang tepat untuk menaikkan TDL agar tidak memberatkan industri," katanya.

Kalangan industri berorientasi ekspor, kata Yuli, seharusnya mendapat proteksi pemerintah dengan memberi berbagai kelonggaran. Bukan malah dibebani dengan rencana menaikkan TDL yang akan menyusutkan volume produksi.

Oleh karena itu, katanya, rencana pemerintah akan menaikkan TDL pada Juli 2010 sebaiknya ditunda terlebih dahulu.

"Daya saing produk dalam negeri sekarang ini sedang tidak dalam kondisi baik. Jika pemerintah memaksakan diri menaikkan TDL maka industri terutama yang berorientasi ekspor akan terbebani," katanya. (E013/K004)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010